Dari ratusan ribu jumlah perusahaan di Indonesia, ada satu perusahaan skala raksasa yang dapat membagi-bagi dividen sebesar Rp 7,2 triliun. Wow fantastis bukan?
Rapat umum pemegang saham tahunan (RUSPT) PT Astra International Tbk (ASII) menyepakati pembagian dividen Astra Rp 7,2 triliun atau Rp 177 per saham untuk tahun buku 2015. Dari jumlah itu, sebanyak 50,9% atau Rp 3,6 triliun mengalir ke Jardine Cycle & Carriage Ltd, anak usaha Jardine Matheson Group Inggris, yang berbasis di Singapura.
Jardine merupakan pemegang saham mayoritas Astra dengan kepemilikan 50,9%. Perusahaan investasi ini membeli saham Astra International pada 1999.
Sebelumnya, Astra membagikan dividen interim sebesar Rp 64 per saham 21 Oktober 2015, sehingga sisanya sebesar Rp 113 per saham akan dibayarkan pada 27 Mei 2016 kepada pemegang saham yang namanya tercatat dalam daftar pemegang saham 11 Mei 2016 pukul 16:00 WIB.
Selanjutnya, RUPST memberikan wewenang kepada direksi perseroan untuk melaksanakan pembagian dividen Astra tersebut dan untuk melakukan semua tindakan yang diperlukan. Pembayaran dividen akan dilakukan dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan pajak, Bursa Efek Indonesia, dan ketentuan pasar modal lainnya yang berlaku.
“Dividen akan kami berikan Rp 7,2 triliun, atau setara Rp 177 per saham,” kata Presiden Direktur Astra International Prijono Sugiarto usai RUPST Astra International. Sisa dari laba bersih Rp7,29 triliun, Prijono menyebutkan, akan ditahan perseroan.
Laba bersih Astra Group sebesar Rp14,46 triliun di 2015 mengalami penurunan sebanyak 25% dibandingkan pencapaian laba sebesar Rp19,19 triliun di 2014.
Pada kuartal I 2016, Astra International mencetak penurunan laba bersih 22% menjadi Rp 3,1 triliun, seiring turunnya pasokan laba dari otomotif, jasa keuangan, dan alat berat. Pendapatan menurun 7% menjadi Rp 41,8 triliun.
Di bisnis otomotif, Astra mengakui, restrukturisasi model distribusi dua tingkat menggerus laba bersih Toyota Sales Operations alias Auto2000. Ini dilakukan sejak tahun lalu, di mana PT Toyota Astra Motor (TAM), perusahaan yang dikendalikan Astra dan Toyota Motor Corporation (TMC), mengambil alih peran distribusi mobil ke seluruh diler Toyota dari tangan Auto2000. Laba bersih otomotif Astra turun 3% menjadi Rp 1,58 triliun, masih terbesar di antara seluruh bisnis Astra lainnya.
Di bisnis jasa keuangan, rugi bersih PT Bank Permata Tbk Rp 376 miliar menyeret profitabilitas. Hal ini dipicu peningkatan provisi akibat membengkaknya kredit macet dari 2,7% menjadi 3,5%. Adapun bisnis alat berat dan pertambangan astra dirusak oleh jebloknya harga komoditas.
“Grup Astra masih berhadapan dengan lemahnya permintaan otomotif dan harga komoditas, serta penurunan kualitas kredit korporasi di Bank Permata. Kondisi bisnis diperkirakan masih menantang,” ujar Prijono.(*)
Sumber: di sini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar