Indonesia Infrastructure Industry Research 2015-2019 (Opportunities Manufacturing Production Base 2017) was released end of December 2016 data display, outlook, assessment, analysis, and research
related to all the information about the infrastructure manufacturing
industry in Indonesia, ranging from the economic outlook in 2017, the
trend of industrial infrastructure, trends industrial areas, development
of the infrastructure budget, up manufacturing investment opportunities
in Indonesia.
Indonesia Infrastructure Industry Research 2015-2019 (Opportunities Manufacturing Production Base 2017)
starts from general information related to highlight the economic
development of Indonesia, ranging from the impact of global economic
uncertainty, the trend of investment growth, exchange movements, to
infrastructure problems in Indonesia (pages 2-7 ). Data was reinforced
by the trend of national economic growth 2007-2016, comparison with the
major industrialized countries (page 8) as well as the distribution of
economic growth per region in an attractive graphical period 2010-2030
(page 9).
Continues on specific discussions, duniaindustri.com
featuring outlook for the Indonesian economy in 2017 ranging from
domestic challenges to the external risks from the US and China (pages
10-12) as well as trends in energy prices index movement period
2010-2020 (page 13). With the outlook can be assessed scenarios
Indonesia's economic growth per quarter since 2014-2017 (page 14). In
addition, the upward trend in economic value added per province can be
seen on page 15 in an interesting graphic.
Then, move to the discussion of the infrastructure, Indonesia Infrastructure Industry Research 2015-2019 (Opportunities Manufacturing Production Base 2017)
showing a comparison of infrastructure budget Indonesia with an
unemployment rate period 2005-2016 (page 16). Also, the composition of
spending for infrastructure projects in Indonesia in 2016 include the
construction of roads, railways, ports, airports, urban transport,
electricity, oil and gas infrastructure, telecommunications, and others
(pages 17-19).
Especially on the motorway, described in more
detail on pages (20-21) includes projections of highway construction
period from 1978 to 2019 along with growth per year, and estimated
repair toll roads in Indonesia in 2017.
Furthermore, the
Indonesia Infrastructure Industry Research 2015-2019 (Opportunities
Manufacturing Production Base 2017) discusses investment opportunities
in manufacturing as a regional production base on pages (22-23). A total
of 14 new industrial areas outside Java, are being and will be
developed in 2017, is displayed in an interesting graphic on page 24.
Target
and realization of the manufacturing industry's growth period of
2015-2019 is shown on pages 25-26, are equipped with improved ease of
business in Indonesia on page 27.
On pages 28-29, show the
industrial sector priorities that include electricity, labor-intensive
industries, import substitution, export orientation and more complete
with the relevant subsector. On page 30, described the trend of exports
of 10 main products of manufacturing Indonesia 2009-2013 and 2019
targets.
Continues to the discussion of infrastructure projects,
these data include data transport and logistics infrastructure in
Indonesia, such as the distribution of the airport through 2030. Total
general airport now as many as 189 airports, which is comprised of 26
commercial airports (managed by PT Angkasa Pura) and 1,643 airports
noncommercial. In 2030, 44 new airport will increase, bringing the total
number rose to 233 airports. Also featured expansion of PT Angkasa Pura
I and II in the expansion of the airport, including: the need for
investment, capacity expansion, and the percentage of growth.
In
addition, display port infrastructure that is vital considering that
Indonesia has the fourth longest coastline in the world (95 181 km).
Number of ports currently reaches 2,392 ports consisting of 111
commercial ports, 1481 port noncommercial, and 800 special terminals.
There is a plan to add 91 new ports in eastern Indonesia with an
investment of Rp 3.37 trillion. (Pages 31-41)
Indonesia Infrastructure Industry Research 2015-2019 (Opportunities Manufacturing Production Base 2017)
also shows the ratio of logistics cost per sub-sectors of the industry,
consisting of 24 industry sectors ranging from the food industry,
sugar, cigarettes, textiles, paper, fertilizer, chemicals, cement,
plastics, rubber, metal, steel, electrical equipment, and automotive.
(Page 42)
In addition, the display priority infrastructure
development plan 2015-2019 period complete with estimated costs as well
as a comparative market size industrial manufacturing, logistics,
construction, and other services. (Pages 43-48)
Indonesia Infrastructure Industry Research 2015-2019 (Opportunities Manufacturing Production Base 2017)
as many as 49 pages is based from BPS, Bappenas, the Ministry of
Industry, Investment Coordinating Board (BKPM), Ministry of
Transportation, and processed duniaindustri.com. Index of industrial database is a new feature in duniaindustri.com.(*)
Source: click here
* Need another market research or industrial database, click here
Sarana bertukar informasi spesifik di sektor industri. Berbagi data, market trends, market analysis, database khusus, riset pasar, competitor intelligence, market intelligence, referensi bisnis, sumber data, outlook dan ulasan pasar, peta persaingan, kompetisi brand, dan lainnya.
Rabu, 28 Desember 2016
Ulasan dan Kajian Infrastruktur Industri di Indonesia
Riset Infrastruktur Industri 2015-2019 (Peluang Basis Produksi Manufaktur 2017) ini dirilis akhir Desember 2016 menampilkan data, outlook, kajian, analisis, dan riset
terkait seluruh informasi mengenai infrastruktur industri manufaktur di
Indonesia, mulai dari outlook ekonomi 2017, tren infrastruktur
industri, tren kawasan industri, perkembangan anggaran infrastruktur,
hingga peluang investasi manufaktur di Indonesia.
Riset Infrastruktur Industri 2015-2019 (Peluang Basis Produksi Manufaktur 2017) ini dimulai dari informasi umum terkait highlight perkembangan ekonomi Indonesia, mulai dari dampak ketidakpastian ekonomi global, tren pertumbuhan investasi, pergerakan kurs mata uang, hingga permasalahan infrastruktur di Indonesia (halaman 2-7). Data itu diperkuat dengan tren pertumbuhan ekonomi nasional 2007-2016, komparasi dengan negara-negara industri utama (halaman 8) serta persebaran pertumbuhan ekonomi per daerah dalam grafis yang menarik periode 2010-2030 (halaman 9).
Berlanjut pada pembahasan spesifik, duniaindustri.com menampilkan outlook perekonomian Indonesia 2017 mulai dari tantangan domestik hingga risiko eksternal dari AS dan China (halaman 10-12) serta tren pergerakan indeks harga energi periode 2010-2020 (halaman 13). Dengan outlook tersebut, dapat dijabarkan skenario pertumbuhan ekonomi Indonesia per kuartal sejak 2014-2017 (halaman 14).
Selain itu, tren peningkatan nilai tambah ekonomi per provinsi dapat dilihat pada halaman 15 dalam sebuah grafis yang menarik.
Kemudian, beranjak pada pembahasan infrastruktur, Riset Infrastruktur Industri 2015-2019 (Peluang Basis Produksi Manufaktur 2017)ini menampilkan komparasi anggaran infrastruktur Indonesia dengan tingkat pengangguran periode 2005-2016 (halaman 16). Juga, komposisi anggaran proyek infrastruktur di Indonesia 2016 meliputi pembangunan jalan, jalur kereta, pelabuhan, bandara, transportasi urban, listrik, infrastruktur migas, telekomunikasi, dan lainnya (halaman 17-19).
Khusus mengenai jalan tol, dijabarkan lebih detail pada halaman (20-21) mencakup proyeksi pembangunan jalan tol periode 1978-2019 beserta pertumbuhan per tahun, serta estimasi perbaikan jalan tol di Indonesia pada 2017.
Selanjutnya, Riset Infrastruktur Industri 2015-2019 (Peluang Basis Produksi Manufaktur 2017) ini membahas peluang investasi manufaktur sebagai basis produksi regional pada halaman (22-23). Sebanyak 14 kawasan industri baru di luar Jawa sedang dan akan dikembangkan pada 2017, ditampilkan dalam grafis yang menarik pada halaman 24.
Target dan realisasi pertumbuhan industri manufaktur periode 2015-2019 ditampilkan pada halaman 25-26, dilengkapi dengan perbaikan kemudahan bisnis di Indonesia pada halaman 27.
Pada halaman 28-29, ditampilkan sektor industri prioritas yang mencakup ketenagalistrikan, industri padat karya, substitusi impor, orientasi ekspor, dan lainnya lengkap dengan subsektor terkait. Di halaman 30, dijabarkan tren ekspor 10 produk utama manufaktur Indonesia periode 2009-2013 serta target 2019.
Masuk pada pembahasan proyek infrastruktur, data ini dilengkapi data-data infrastruktur pendukung transportasi dan logistik di Indonesia, seperti sebaran bandara hingga 2030. Jumlah bandara umum saat ini sebanyak 189 bandara, yang terdiri atas 26 bandara komersial (dikelola PT Angkasa Pura) dan 1.643 bandara nonkomersial. Pada 2030, akan bertambah 44 bandara baru, sehingga total jumlah naik menjadi 233 bandara. Juga ditampilkan ekspansi PT Angkasa Pura I dan II dalam ekspansi bandara, meliputi: kebutuhan investasi, penambahan kapasitas, dan persentase pertumbuhan.
Di samping itu, ditampilkan infrastruktur pelabuhan yang cukup vital mengingat Indonesia memiliki garis pantai terpanjang keempat di dunia (95.181 km). Jumlah pelabuhan saat ini mencapai 2.392 pelabuhan yang terdiri dari 111 pelabuhan komersial, 1.481 pelabuhan nonkomersial, dan 800 terminal khusus. Terdapat rencana penambahan 91 pelabuhan baru di Indonesia bagian timur dengan investasi Rp 3,37 triliun. (halaman 31-41)
Riset Infrastruktur Industri 2015-2019 (Peluang Basis Produksi Manufaktur 2017) ini juga menampilkan rasio biaya logistik per subsektor industri, yang terdiri dari 24 sektor industri mulai dari industri makanan, gula, rokok, tekstil, kertas, pupuk, kimia, semen, plastik, karet, logam, baja, perlengkapan listrik, dan otomotif. (halaman 42)
Sebagai tambahan, ditampilkan rencana pembangunan infrastruktur prioritas periode 2015-2019 lengkap dengan estimasi biaya serta komparasi market size industri manufaktur, logistik, konstruksi, agri, serta jasa lainnya. (halaman 43-48)
Riset Infrastruktur Industri 2015-2019 (Peluang Basis Produksi Manufaktur 2017) sebanyak 49 halaman ini berasal dari BPS, Bappenas, Kementerian Perindustrian, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Kementerian Perhubungan, dan diolah duniaindustri.com. Indeks database industri merupakan fitur terbaru di duniaindustri.com yang menampilkan ratusan data pilihan sesuai kebutuhan users. Seluruh data disajikan dalam bentuk pdf sehingga mudah didownload setelah users melakukan proses sesuai prosedur, yakni klik beli (purchase), klik checkout, dan isi form. Duniaindustri.com mengutamakan keabsahan dan validitas sumber data yang disajikan. Terima kasih atas kepercayaan Anda kepada duniaindustri.com.(*)
Sumber: di sini
* Butuh riset pasar dan data industri lainnya, klik di sini
** Ingin request data, klik di sini
Riset Infrastruktur Industri 2015-2019 (Peluang Basis Produksi Manufaktur 2017) ini dimulai dari informasi umum terkait highlight perkembangan ekonomi Indonesia, mulai dari dampak ketidakpastian ekonomi global, tren pertumbuhan investasi, pergerakan kurs mata uang, hingga permasalahan infrastruktur di Indonesia (halaman 2-7). Data itu diperkuat dengan tren pertumbuhan ekonomi nasional 2007-2016, komparasi dengan negara-negara industri utama (halaman 8) serta persebaran pertumbuhan ekonomi per daerah dalam grafis yang menarik periode 2010-2030 (halaman 9).
Berlanjut pada pembahasan spesifik, duniaindustri.com menampilkan outlook perekonomian Indonesia 2017 mulai dari tantangan domestik hingga risiko eksternal dari AS dan China (halaman 10-12) serta tren pergerakan indeks harga energi periode 2010-2020 (halaman 13). Dengan outlook tersebut, dapat dijabarkan skenario pertumbuhan ekonomi Indonesia per kuartal sejak 2014-2017 (halaman 14).
Selain itu, tren peningkatan nilai tambah ekonomi per provinsi dapat dilihat pada halaman 15 dalam sebuah grafis yang menarik.
Kemudian, beranjak pada pembahasan infrastruktur, Riset Infrastruktur Industri 2015-2019 (Peluang Basis Produksi Manufaktur 2017)ini menampilkan komparasi anggaran infrastruktur Indonesia dengan tingkat pengangguran periode 2005-2016 (halaman 16). Juga, komposisi anggaran proyek infrastruktur di Indonesia 2016 meliputi pembangunan jalan, jalur kereta, pelabuhan, bandara, transportasi urban, listrik, infrastruktur migas, telekomunikasi, dan lainnya (halaman 17-19).
Khusus mengenai jalan tol, dijabarkan lebih detail pada halaman (20-21) mencakup proyeksi pembangunan jalan tol periode 1978-2019 beserta pertumbuhan per tahun, serta estimasi perbaikan jalan tol di Indonesia pada 2017.
Selanjutnya, Riset Infrastruktur Industri 2015-2019 (Peluang Basis Produksi Manufaktur 2017) ini membahas peluang investasi manufaktur sebagai basis produksi regional pada halaman (22-23). Sebanyak 14 kawasan industri baru di luar Jawa sedang dan akan dikembangkan pada 2017, ditampilkan dalam grafis yang menarik pada halaman 24.
Target dan realisasi pertumbuhan industri manufaktur periode 2015-2019 ditampilkan pada halaman 25-26, dilengkapi dengan perbaikan kemudahan bisnis di Indonesia pada halaman 27.
Pada halaman 28-29, ditampilkan sektor industri prioritas yang mencakup ketenagalistrikan, industri padat karya, substitusi impor, orientasi ekspor, dan lainnya lengkap dengan subsektor terkait. Di halaman 30, dijabarkan tren ekspor 10 produk utama manufaktur Indonesia periode 2009-2013 serta target 2019.
Masuk pada pembahasan proyek infrastruktur, data ini dilengkapi data-data infrastruktur pendukung transportasi dan logistik di Indonesia, seperti sebaran bandara hingga 2030. Jumlah bandara umum saat ini sebanyak 189 bandara, yang terdiri atas 26 bandara komersial (dikelola PT Angkasa Pura) dan 1.643 bandara nonkomersial. Pada 2030, akan bertambah 44 bandara baru, sehingga total jumlah naik menjadi 233 bandara. Juga ditampilkan ekspansi PT Angkasa Pura I dan II dalam ekspansi bandara, meliputi: kebutuhan investasi, penambahan kapasitas, dan persentase pertumbuhan.
Di samping itu, ditampilkan infrastruktur pelabuhan yang cukup vital mengingat Indonesia memiliki garis pantai terpanjang keempat di dunia (95.181 km). Jumlah pelabuhan saat ini mencapai 2.392 pelabuhan yang terdiri dari 111 pelabuhan komersial, 1.481 pelabuhan nonkomersial, dan 800 terminal khusus. Terdapat rencana penambahan 91 pelabuhan baru di Indonesia bagian timur dengan investasi Rp 3,37 triliun. (halaman 31-41)
Riset Infrastruktur Industri 2015-2019 (Peluang Basis Produksi Manufaktur 2017) ini juga menampilkan rasio biaya logistik per subsektor industri, yang terdiri dari 24 sektor industri mulai dari industri makanan, gula, rokok, tekstil, kertas, pupuk, kimia, semen, plastik, karet, logam, baja, perlengkapan listrik, dan otomotif. (halaman 42)
Sebagai tambahan, ditampilkan rencana pembangunan infrastruktur prioritas periode 2015-2019 lengkap dengan estimasi biaya serta komparasi market size industri manufaktur, logistik, konstruksi, agri, serta jasa lainnya. (halaman 43-48)
Riset Infrastruktur Industri 2015-2019 (Peluang Basis Produksi Manufaktur 2017) sebanyak 49 halaman ini berasal dari BPS, Bappenas, Kementerian Perindustrian, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Kementerian Perhubungan, dan diolah duniaindustri.com. Indeks database industri merupakan fitur terbaru di duniaindustri.com yang menampilkan ratusan data pilihan sesuai kebutuhan users. Seluruh data disajikan dalam bentuk pdf sehingga mudah didownload setelah users melakukan proses sesuai prosedur, yakni klik beli (purchase), klik checkout, dan isi form. Duniaindustri.com mengutamakan keabsahan dan validitas sumber data yang disajikan. Terima kasih atas kepercayaan Anda kepada duniaindustri.com.(*)
Sumber: di sini
* Butuh riset pasar dan data industri lainnya, klik di sini
** Ingin request data, klik di sini
Senin, 26 Desember 2016
Mengulas Penurunan Drastis Jumlah Pabrik Rokok Akhir 2016
Sejak 2008 hingga 2016 atau selama kurun delapan tahun terakhir, pemerintah mencatat sebanyak 3.956 pabrik rokok tutup dan berhenti beroperasi. Data tersebut bersumber dari Kementerian Keuangan.
Suahasil Nazara, Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan, menjelaskan pada 2008, terdapat 4.669 pabrik rokok yang beroperasi di Indonesia. Namun dalam perjalanannya, hingga saat ini perusahaan yang terdata sebanyak 713 pabrik, baik itu skala kecil maupun besar.
Menurut dia, itu berarti terjadi penurunan jumlah pabrik rokok yang cukup signifikan sebanyak 3.956 pabrik. "Berdasarkan data yang kami miliki, saat ini jumlah pabrik rokok yang ada sekitar 713 pabrik. Padahal jumlah pabrik rokok 8 tahun lalu ada 4.669 pabrik," ujar Suahasil.
Selain karena krisis yang pernah melanda Indonesia, tingkat konsumsi masyarakat terhadap rokok pun lambat laun semakin menurun.
Badan Kebijakan Fiskal Kemenkeu mencatat, selama tiga tahun terakhir, produksi rokok cenderung flat sekitar 340 miliar batang. Artinya, sejak krisis, orang sudah mulai memutuskan untuk berhenti merokok.
Duniaindustri.com menilai setidaknya ada tiga faktor utama yang mematikan pabrik-pabrik rokok sehingga jumlah anjlok secara signifikan. Pertama, tren peralihan konsumen dari sigaret kretek tangan (SKT) ke sigaret kretek mesin (SKM) yang membuat perubahan mendasar di industri ini. Kedua, beban biaya produksi semakin tinggi ketika Peraturan Pemerintah (PP) 109/2012 di berlakukan akhir 2012. Dengan PP ini, Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan yang sempat terkatung-katung resmi berlaku. Pembatasan beriklan, berpromosi, dan menjadi sponsor kegiatan menjadi kebijakan krusial yang dirasakan. Saat PP 36 berlaku, masih ada sebagian ketentuan yang masih perlu menunggu ketentuan penjelasan. Sebagian ketentuan itulah yang resmi diberlakukan tahun 2014 ini.
Ketiga, ketidakstabilan perekonomian nasional serta pelemahan daya beli konsumen lokal ikut memukul kinerja pabrikan rokok. Menurut data duniaindustri.com, nilai pasar (market size) industri rokok di Indonesia pada 2015 diestimasi berkisar Rp 222,7 triliun – Rp 224,2 triliun, menurut data duniaindustri.com. Perhitungan nilai pasar industri rokok tersebut berdasarkan nilai volume penjualan dikali harga rata-rata dan mempertimbangkan penerimaan cukai negara.
Volume produksi rokok pada 2015 diperkirakan tumbuh tipis dibanding 2014, dari 314 miliar batang menjadi 315 miliar batang. Sementara konsumsi rokok di Indonesia meningkat rata-rata per tahun (CAGR) sebesar 6% periode 2008-2014. Harga rokok di Indonesia paling rendah di kawasan Asia Tenggara sebesar US$ 1,4 per pack rokok.
Saat ini jumlah perokok di Indonesia pada 2015 mencapai 62,7 juta jiwa dengan rasio 63% dari seluruh pria merupakan perokok, sedangkan 5% wanita merupakan perokok.(*)
Sumber: di sini
* Butuh data industri atau riset persaingan pasar, klik di sini
Suahasil Nazara, Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan, menjelaskan pada 2008, terdapat 4.669 pabrik rokok yang beroperasi di Indonesia. Namun dalam perjalanannya, hingga saat ini perusahaan yang terdata sebanyak 713 pabrik, baik itu skala kecil maupun besar.
Menurut dia, itu berarti terjadi penurunan jumlah pabrik rokok yang cukup signifikan sebanyak 3.956 pabrik. "Berdasarkan data yang kami miliki, saat ini jumlah pabrik rokok yang ada sekitar 713 pabrik. Padahal jumlah pabrik rokok 8 tahun lalu ada 4.669 pabrik," ujar Suahasil.
Selain karena krisis yang pernah melanda Indonesia, tingkat konsumsi masyarakat terhadap rokok pun lambat laun semakin menurun.
Badan Kebijakan Fiskal Kemenkeu mencatat, selama tiga tahun terakhir, produksi rokok cenderung flat sekitar 340 miliar batang. Artinya, sejak krisis, orang sudah mulai memutuskan untuk berhenti merokok.
Duniaindustri.com menilai setidaknya ada tiga faktor utama yang mematikan pabrik-pabrik rokok sehingga jumlah anjlok secara signifikan. Pertama, tren peralihan konsumen dari sigaret kretek tangan (SKT) ke sigaret kretek mesin (SKM) yang membuat perubahan mendasar di industri ini. Kedua, beban biaya produksi semakin tinggi ketika Peraturan Pemerintah (PP) 109/2012 di berlakukan akhir 2012. Dengan PP ini, Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan yang sempat terkatung-katung resmi berlaku. Pembatasan beriklan, berpromosi, dan menjadi sponsor kegiatan menjadi kebijakan krusial yang dirasakan. Saat PP 36 berlaku, masih ada sebagian ketentuan yang masih perlu menunggu ketentuan penjelasan. Sebagian ketentuan itulah yang resmi diberlakukan tahun 2014 ini.
Ketiga, ketidakstabilan perekonomian nasional serta pelemahan daya beli konsumen lokal ikut memukul kinerja pabrikan rokok. Menurut data duniaindustri.com, nilai pasar (market size) industri rokok di Indonesia pada 2015 diestimasi berkisar Rp 222,7 triliun – Rp 224,2 triliun, menurut data duniaindustri.com. Perhitungan nilai pasar industri rokok tersebut berdasarkan nilai volume penjualan dikali harga rata-rata dan mempertimbangkan penerimaan cukai negara.
Volume produksi rokok pada 2015 diperkirakan tumbuh tipis dibanding 2014, dari 314 miliar batang menjadi 315 miliar batang. Sementara konsumsi rokok di Indonesia meningkat rata-rata per tahun (CAGR) sebesar 6% periode 2008-2014. Harga rokok di Indonesia paling rendah di kawasan Asia Tenggara sebesar US$ 1,4 per pack rokok.
Saat ini jumlah perokok di Indonesia pada 2015 mencapai 62,7 juta jiwa dengan rasio 63% dari seluruh pria merupakan perokok, sedangkan 5% wanita merupakan perokok.(*)
Sumber: di sini
* Butuh data industri atau riset persaingan pasar, klik di sini
Kamis, 15 Desember 2016
Data-data Penting di Lima Sektor Infrastruktur Utama
Indonesia
sebagai negara berkembang sangat membutuhkan pembangunan di bidang
infrastruktur utama, seperti infrastruktur fisik, logistik,
transportasi, listrik, dan telekomunikasi. Karena itu, tidak heran titik
fokus pemerintah saat ini masih berkutat pada sektor-sektor tersebut.
Untuk membedah data-data di sektor-sektor tersebut, duniaindustri.com memiliki sedikitnya 10 data dan riset terkait pertumbuhan, titik fokus, dan korelasi tiga sektor tersebut terhadap pertumbuhan industri di negeri ini. Mari simak ulasannya berikut ini:
1) Riset Pasar Seluler dan Data Industri Telekomunikasi 2010-2018 (Peta Persaingan dan Potensi Pertumbuhan)
2) Data Listrik dan Sistem Kelistrikan Nasional 2009-2019
3) Riset Peluang Kerjasama Pemerintah dan Swasta di Proyek Infrastruktur 2015-2019
4) Data dan Outlook Transportasi, Logistik, dan Infrastruktur 2009-2019
5) Data Outlook Sektor Transportasi dan Logistik 2014-2018
6) Data Prospek Investasi dan Kebutuhan Lahan Kawasan Industri
7) Data Daya Saing Industri dilihat dari Sistem Logistik Nasional
8) Data Investasi Infrastruktur, Proyek Pembangunan Pelabuhan, Jalan, Bandara, Kereta Api di Indonesia
9) Data Masterplan Konektivitas Nasional (2010-2030)
10) Data Komprehensif Sistem Logistik Nasional (Sislognas) Indonesia
Berikut penjelasan detail dan outline per halaman:
A) Riset Pasar Seluler dan Data Industri Telekomunikasi 2010-2018 (Peta Persaingan dan Potensi Pertumbuhan) ini dirilis Desember 2016 menampilkan riset komprehensif, kompilasi dan komparasi data, analisis, serta tren market size dan potensi pertumbuhan di Indonesia.
Riset Pasar Seluler dan Data Industri Telekomunikasi 2010-2018 (Peta Persaingan dan Potensi Pertumbuhan) ini dimulai dengan dengan menampilkan highlights ekonomi serta pasar Indonesia, dilengkapi tren konsumen dan tingkat daya beli. (halaman 2-4) Potensi pasar di Indonesia dengan penduduk sekitar 255 juta jiwa dipaparkan pada halaman 5-6.
Selanjutnya, ditampilkan overview pasar seluler dan industri telekomunikasi Indonesia dengan kondisi persaingan ketat, namun penetrasi SIM handphone terus meroket tajam (halaman 7-9).
Pada halaman 10-11, disajikan 12 indikator pasar seluler di Indonesia periode 2010-2020, mulai dari jumlah pelanggan seluler, penetrasi SIM handphone, hingga Average Revenue Per User (ARPU), dan lainnya. Sejumlah indikator utama itu kemudian dikomparasi dengan kondisi di negara lain (halaman 12-13). Data tersebut diperkuat dengan analisis komparasi dan analisis tren di industri seluler dan telekomunikasi di Indonesia (halaman 14-18).
Kemudian, peta persaingan dan analisis kompetisi tiga pemain telekomunikasi terbesar di Indonesia dijabarkan pada halaman 19-26, meliputi pangsa pasar dari pendapatan, pangsa pasar dari jumlah pelanggan, kinerja keuangan dan ARPU, traffic data, hingga teknologi telekomunikasi.
Masuk ke pembahasan selanjutnya, duniaindustri.com menampilkan market intelligent empat pemain telekomunikasi terbesar di Indonesia, mulai dari pohon bisnis (segmentasi anak usaha), highlights kinerja keuangan tiga tahun terakhir, peningkatan layanan data dan internet, strategi bisnis ke depan, cakupan BTS dan kota, serta jumlah pelanggan (halaman 27-56).
Riset Pasar Seluler dan Data Industri Telekomunikasi 2010-2018 (Peta Persaingan dan Potensi Pertumbuhan) sebanyak 57 halaman pdf ini berasal dari BPS, sejumlah perusahaan seluler dan telekomunikasi di Indonesia, dan disajikan duniaindustri.com. Download database industri merupakan fitur terbaru di duniaindustri.com yang menampilkan puluhan data pilihan sesuai kebutuhan users. Seluruh data disajikan dalam bentuk pdf sehingga mudah didownload setelah users melakukan proses sesuai prosedur, yakni klik beli (purchase), klik checkout, dan isi form. Duniaindustri.com mengutamakan keabsahan dan validitas sumber data yang disajikan. Terima kasih atas kepercayaan Anda kepada duniaindustri.com.(*)
B) Data Listrik dan Sistem Kelistrikan Nasional 2009-2019 ini dirilis Oktober 2016 menampilkan data, tren pertumbuhan kebutuhan listrik, proyeksi kebutuhan tambahan kapasitas, rasio elektrifikasi, tren konsumsi listrik, komparasi elektrifikasi di ASEAN, dan lainnya. Periode yang jadi fokus 2019-2019, bahkan untuk beberapa pembahasan terdapat proyeksi hingga 2025.
Data Listrik dan Sistem Kelistrikan Nasional 2009-2019 ini dimulai dengan menampilkan highlight makro ekonomi Indonesia, meliputi pertumbuhan PDB 2014-2019, tren inflasi, populasi penduduk, tren konsumen kelas menengah, laju urbanisasi, median usia penduduk, potensi pasar lokal, serta tren PDB per kapita. (halaman 2-4) Data makro ekonomi Indonesia ini dilengkapi dengan sebaran pertumbuhan ekonomi per daerah dengan perhitungan rata-rata PDB 2010-2030 untuk melihat daerah-daerah mana saja yang memiliki potensi pertumbuhan ekonomi tertinggi. (halaman 5)
Kemudian, data ini menampilkan highlights perkembangan sistem kelistrikan nasional 2015-2016 dengan menampilkan kapasitas terpasang pembangkit (per segmen), panjang jaringan transmisi listrik, konsumsi tenaga listrik, panjang jaringan distribusi, serta konsumsi listrik per kapita dan konsumsi listrik per golongan. (halaman 6) Perkembangan subsidi listrik dan bauran BBM serta komposisi penjualan listrik 2016 ditampilkan pada halaman 7.
Pada halaman 8, ditampilkan perkembangan biaya (cost), tarif, dan subsidi listrik periode 2003-2016. Wilayah usaha penyediaan tenaga listrik dari 24 badan usaha ditampilkan dengan infografis yang menarik pada halaman 9. Data tersebut diperkuat dengan rasio elektrifikasi negara-negara ASEAN (halaman 10). Sedangkan komparasi rasio elektrifikasi Indonesia per daerah ditampilkan pada halaman 11, lengkap dengan tren nasional periode 2010-2019. Terdapat empat daerah di Indonesia yang rasio elektrifikasi-nya di bawah 70%.
Pada halaman 12, ditampilkan infografis sistem kelistrikan nasional dengan data kapasitas terpasang tiap daerah, status pasokan listrik per daerah, serta cadangan pasokan listrik per daerah dan secara nasional. Data tersebut dilengkapi dengan proyeksi kebutuhan listrik, konsumsi listrik, elastisitas, kebutuhan tambahan kapasitas periode 2015-2034. (halaman 13)
Selanjutnya, pada halaman 14 ditampilkan kebutuhan pengembangan pasokan listrik periode 2015-2034 dibagi sistem non-PLN, independent power producer (IPP), PLN dan PLN system, serta total kebutuhan tambahan. Pada halaman 15 ditampilkan bauran energi primer dan bauran energi pembangkit listrik dengan patokan realisasi 2013-2014 dan target 2025.
Pada halaman 16-18, diulas landasan hukum pengembangan sistem ketenagalistrikan nasional. Pada halaman 19, dipaparkan proyeksi kebutuhan tenaga listrik 2016-2025 per pulau di Indonesia. Pada halaman 20-22, ditampilkan porsi tambahan kapasitas pembangkit per jenis pembangkit 2015-2025. Data tersebut dilengkapi dengan proyeksi kebutuhan bahan bakar per jenis pembangkit periode 2016-2025, dibagi dalam empat bahan bakar yakni gas, batubara, biomass, dan panas bumi. (halaman 23-24)
Sementara kebutuhan tambahan jaringan transmisi listrik periode 2016-2025 ditampilkan per golongan pada halaman 25. Kebutuhan tambahan gardu induk per golongan periode 2016-2025 ditampilkan pada halaman 26. Tren kebutuhan tambahan jaringan dan trafo distribusi periode 2016-2025 dipaparkan dalam infografis yang menarik pada halaman 27. Sedangkan kebutuhan investasi dari mulai distribusi, penyaluran, dan pembangkit periode 2016-2025 dipaparkan pada halaman 28. Proyeksi biaya pokok penyediaan listrik untuk periode 2016-2025 ditampilkan pada halaman 29.
Terkait kebijakan pemerintah, payung hukum, dan arah serta strategi pengembangan listrik ke depan ditampilkan pada halaman 30-33. Sementara tantangan dan solusi pengembangan listrik ke depan ditampilkan pada halaman 34-37.
Data Listrik dan Sistem Kelistrikan Nasional 2009-2019 sebanyak 38 halaman ini berasal dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), BPS, WHO dan Bank Dunia, dan perusahaan listrik terbesar di Indonesia, diolah duniaindustri.com. Indeks data industri merupakan fitur terbaru di duniaindustri.com yang menampilkan puluhan data pilihan sesuai kebutuhan users. Seluruh data disajikan dalam bentuk pdf sehingga mudah didownload setelah users melakukan proses sesuai prosedur, yakni klik beli (purchase), klik checkout, dan isi form. Duniaindustri.com mengutamakan keabsahan dan validitas sumber data yang disajikan. Terima kasih atas kepercayaan Anda kepada duniaindustri.com.(*)
B) Riset Peluang Kerjasama Pemerintah dan Swasta di Proyek Infrastruktur 2015-2019 ini berisi data, kajian, analisis, laporan, dan outlook proyek-proyek strategis di sektor infrastruktur di Indonesia. Berbagai proyek infrastruktur, mulai dari proyek prioritas, proyek strategis, dan proyek infrastruktur per provinsi ditampilkan dalam riset ini, dipadu dengan analisis bisnis infrastruktur, market size transportasi dan logistik, serta analisis anggaran infrastruktur dibanding tingkat pengangguran di Indonesia.
Riset ini dimulai dari kondisi perekonomian Indonesia tahun ini diprediksi masih diliputi ketidakpastian, terutama dari sisi global. Meski demikian ekonomi Indonesia diyakini akan lebih baik dibanding tahun lalu. Sisi eksternal yang berpengaruh pada ekonomi domestik, tak bisa dilepaskan dari harga komoditas yang masih belum pulih dan merosotnya ekonomi China yang merupakan salah satu pangsa pasar utama ekspor komoditas Indonesia. (halaman 2)
Penguatan rupiah ini selain didorong oleh faktor domestik, karena meningkatnya kepercayaan investor sejalan dengan ekonomi makro yang lebih baik, juga tidak lepas dari pengaruh eksternal. Pertumbuhan ekonomi kuartal IV 2015 yang sebesar 5,04% telah meningkatkan kepercayaan investor, karena diyakini titik terendah pertumbuhan ekonomi telah terlewati. (halaman 3-4)
Pada halaman 5-7 dibahas data Kementerian Keuangan, anggaran infrastruktur sejak 2009 hingga 2015 memang terus menunjukkan kenaikan. Tetapi kenaikan signifikan memang baru terjadi pada 2015, dari Rp 206,6 triliun pada 2014 menjadi Rp 290,3 triliun. Sedangkan tahun-tahun sebelumnya kenaikannya hanya di kisaran Rp 9,7 triliun hingga Rp 31,3 triliun. Data tersebut dipadukan dengan tren pertumbuhan ekonomi nasional dan ekspektasi ke depan periode 2007-2019. (halaman 8) Di halaman 9, terdapat riset eksklusif terkait tren kenaikan anggaran infrastruktur dibanding tingkat pengangguran di Indonesia periode 2005-2016.
Masuk pada pembahasan proyek infrastruktur, riset ini menampilkan rencana pembangunan infrastruktur laut (halaman 10), infrastruktur pangan (halaman 11), dan transportasi darat (halaman 12). Di halaman 13-14 ditampilkan secara eksklusif 38 proyek kerjasama pemerintah & swasta 2015-2016, baik yang telah ditawarkan maupun yang akan ditawarkan. Di halaman 15-16, dipaparkan 30 proyek infrastruktur prioritas 2016-2019. Pada halaman 17-19 ditampilkan proyek infrastruktur jalan dan jembatan per provinsi pada 2016. Khusus terkait kerjasama pemerintah dan swasta ditampilkan secara detail pada halaman 20-24.
Riset ini diperkuat dengan data tren pertumbuhan pasar (market size) sektor transportasi dan logistik di Indonesia 2009-2019. Pada 2014, pasar sektor transportasi dan logistik diestimasi Rp 1.810 triliun dengan pertumbuhan 13,2%. Pada 2015, market size tersebut naik 15,2% menjadi Rp 2.086 triliun. Pada 2016, angka tersebut diproyeksi tumbuh 15% menjadi Rp 2.399 triliun, dan terus naik hingga mencapai Rp 3.680 triliun di 2019. Rata-rata pertumbuhan tahunan (CAGR) sektor transportasi dan logistik di Indonesia diperkirakan 15,2% periode 2014-2019.
Selain itu, data ini dilengkapi data-data infrastruktur pendukung transportasi dan logistik di Indonesia, seperti sebaran bandara hingga 2030. Jumlah bandara umum saat ini sebanyak 189 bandara, yang terdiri atas 26 bandara komersial (dikelola PT Angkasa Pura) dan 1.643 bandara nonkomersial. Pada 2030, akan bertambah 44 bandara baru, sehingga total jumlah naik menjadi 233 bandara. Juga ditampilkan ekspansi PT Angkasa Pura I dan II dalam ekspansi bandara, meliputi: kebutuhan investasi, penambahan kapasitas, dan persentase pertumbuhan.
Di samping itu, ditampilkan infrastruktur pelabuhan yang cukup vital mengingat Indonesia memiliki garis pantai terpanjang keempat di dunia (95.181 km). Jumlah pelabuhan saat ini mencapai 2.392 pelabuhan yang terdiri dari 111 pelabuhan komersial, 1.481 pelabuhan nonkomersial, dan 800 terminal khusus. Terdapat rencana penambahan 91 pelabuhan baru di Indonesia bagian timur dengan investasi Rp 3,37 triliun.
Riset sebanyak 41 halaman ini berasal dari BPS, Kementerian Keuangan, Bappenas, Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas (KPPIP), Kementerian Perhubungan, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Kementerian Perindustrian, Asosiasi Logistik Indonesia, dan diolah duniaindustri.com. Indeks database industri merupakan fitur terbaru di duniaindustri.com yang menampilkan puluhan data pilihan sesuai kebutuhan users. Seluruh data disajikan dalam bentuk pdf sehingga mudah didownload setelah users melakukan proses sesuai prosedur, yakni klik beli (purchase), klik checkout, dan isi form. Duniaindustri.com mengutamakan keabsahan dan validitas sumber data yang disajikan. Terima kasih atas kepercayaan Anda kepada duniaindustri.com.(*)
B) Data dan Outlook Transportasi, Logistik, dan Infrastruktur 2009-2019 ini menampilkan ukuran pasar (market size) sektor transportasi dan logistik di Indonesia 2009-2019. Pada 2014, pasar sektor transportasi dan logistik diestimasi Rp 1.810 triliun dengan pertumbuhan 13,2%. Pada 2015, market size tersebut naik 15,2% menjadi Rp 2.086 triliun. Pada 2016, angka tersebut diproyeksi tumbuh 15% menjadi Rp 2.399 triliun, dan terus naik hingga mencapai Rp 3.680 triliun di 2019. Rata-rata pertumbuhan tahunan (CAGR) sektor transportasi dan logistik di Indonesia diperkirakan 15,2% periode 2014-2019.
Sektor ini tumbuh secara signifikan sejak 2009-2019. Pada 2009-2014, pertumbuhan mencapai 13,7% CAGR dari hanya Rp 770 triliun pada 2009.
Segmen pengangkutan laut masih mendominasi sebesar Rp 1.096,6 triliun di 2015, disusul kereta api Rp 31,6 triliun, dan udara Rp 1,43 triliun. Segmen pengangkutan laut diproyeksi tumbuh 6,1% di 2013, 4,3% di 2014, dan 5,1% pada 2015 secara volume. Pengangkutan kereta api tumbuh 13,3% di 2013, 8,5% di 2014, dan 7,5% pada 2015. Sementara pengangkutan melalui udara naik 19,6% di 2013, 15,3% di 2014, dan 12,2% pada 2015. Sektor komoditas menjadi salah satu pendorong sektor transportasi dan logistik mengingat besarnya investasi antara lain di sektor CPO senilai US$ 2,4 miliar.
Selain itu, data ini dilengkapi data-data infrastruktur pendukung transportasi dan logistik di Indonesia, seperti sebaran bandara hingga 2030. Jumlah bandara umum saat ini sebanyak 189 bandara, yang terdiri atas 26 bandara komersial (dikelola PT Angkasa Pura) dan 1.643 bandara nonkomersial. Pada 2030, akan bertambah 44 bandara baru, sehingga total jumlah naik menjadi 233 bandara. Juga ditampilkan ekspansi PT Angkasa Pura I dan II dalam ekspansi bandara, meliputi: kebutuhan investasi, penambahan kapasitas, dan persentase pertumbuhan.
Di samping itu, ditampilkan infrastruktur pelabuhan yang cukup vital mengingat Indonesia memiliki garis pantai terpanjang keempat di dunia (95.181 km). Jumlah pelabuhan saat ini mencapai 2.392 pelabuhan yang terdiri dari 111 pelabuhan komersial, 1.481 pelabuhan nonkomersial, dan 800 terminal khusus. Terdapat rencana penambahan 91 pelabuhan baru di Indonesia bagian timur dengan investasi Rp 3,37 triliun.
Juga, ditampilan infrastruktur jalan dan rel kereta yang menopang pergerakan transportasi darat. Data ini juga dilengkapi infrastruktur coastal shipping, Trans Sumatera Railways, rel kereta api perkotaan, high speed train network hingga 2030.
Tidak ketinggalan, data ini menampilkan rasio biaya logistik dari berbagai sektor industri di Indonesia, misalnya untuk industri pengolahan makanan rasio biaya logistik terhadap input mencapai 35%. Terdapat 24 cabang industri yang memiliki rasio biaya logistik terhadap input yang cukup tinggi.
Data sebanyak 33 halaman ini berasal dari BPS, Kementerian Perhubungan, Kementerian Perindustrian, Asosiasi Logistik Indonesia, sejumlah riset perusahaan asing antara lain Frost & Sullivan, dan diolah duniaindustri.com.
Download database industri merupakan fitur terbaru di duniaindustri.com yang menampilkan puluhan data pilihan sesuai kebutuhan users. Seluruh data disajikan dalam bentuk pdf sehingga mudah didownload setelah users melakukan proses sesuai prosedur, yakni klik beli (purchase), klik checkout, dan isi form. Duniaindustri.com mengutamakan keabsahan dan validitas sumber data yang disajikan. Terima kasih atas kepercayaan Anda kepada duniaindustri.com.(*)
C) Data Outlook Sektor Transportasi dan Logistik 2014-2018 ini menampilkan proyeksi pasar sektor transportasi dan logistik 2014-2018. Pada 2013, pasar sektor transportasi dan logistik diestimasi Rp 1.583 triliun dengan pertumbuhan 14,5%, naik rata-rata 15% sehingga mencapai Rp 3.185 triliun di 2018. Segmen pengangkutan laut masih mendominasi sebesar Rp 1.000,6 triliun di 2013, disusul kereta api Rp 26,8 triliun, dan udara Rp 1,16 triliun. Segmen pengangkutan laut diproyeksi tumbuh 6,1% di 2013 dan 4,3% di 2014 secara volume. Pengangkutan kereta api tumbuh 13,3% di 2013 dan 8,5% di 2014. Sementara pengangkutan melalui udara naik 19,6% di 2013 dan 15,3% di 2014. Sektor komoditas menjadi salah satu pendorong sektor transportasi dan logistik mengingat besarnya investasi antara lain di sektor CPO senilai US$ 2,4 miliar. Data sebanyak 24 halaman ini berasal dari Asosiasi Logistik Indonesia, sejumlah riset perusahaan asing antara lain Frost & Sullivan, dan diolah duniaindustri.com.(*)
D) Data Prospek Investasi dan Kebutuhan Lahan Kawasan Industri ini menampilkan tren nilai investasi asing dan domestik dikaitkan dengan kebutuhan lahan industri di Indonesia. Secara kaidah baku, setiap investasi manufaktur Rp 1 triliun butuh lahan di kawasan industri setara 12,5 hektare. Selain itu, data ini menampilkan proyeksi kebutuhan lahan di kawasan industri 2013-2020. Data ini juga menggambarkan total lahan di kawasan industri yang tersisa saat ini dan proyeksi ketersediaannya.
Di samping itu ditampilkan penjualan 10 besar kawasan industri di Indonesia, tren keseimbangan pasokan dan permintaan, tren harga jual lahan di kawasan industri di berbagai kota di Indonesia 2006-2012. Perbandingan harga jual lahan di kawasan industri di Indonesia juga dibandingkan dengan 11 negara lain di dunia. Penyebaran kawasan industri di luar Pulau Jawa, komposisi peran pemerintah dan swasta dalam mengembangkan kawasan industri. Data ini juga menggambarkan program pemerintah dalam mengembangkan kawasan industri di koridor Jawa, Sumatera, Sulawesi, Kalimantan, dan sektor industri sasarannya. Data berisi 41 halaman ini dibuat oleh Kementerian Perindustrian dan diolah duniaindustri.com.(*)
E) Data Daya Saing Industri dilihat dari Sistem Logistik Nasional ini menampilkan berbagai data mengenai sasaran dan akselerasi industrialisasi tahun 2012-2014. Selain itu, daya saing logistik Indonesia dibanding dengan negara Asia dan secara global. Juga, rasio biaya logistik terhadap semua jenis industri seperti industri makanan, minuman, rokok, tekstil, kertas, pupuk, kimia, semen, baja, mesin, dan pengilangan minyak bumi. Di samping itu, dijabarkan rencana interkoneksi KEK Sei Mangkei, hub port Bitung.(*)
F) Data Investasi Infrastruktur, Proyek Pembangunan Pelabuhan, Jalan, Bandara, Kereta Api di Indonesia ini menampilkan berbagai proyek investasi infrastruktur pemerintah baik yang sedang berjalan maupun yang akan dilakukan pada periode 2013-2030. Dimulai dari data Investasi Infrastruktur Transportasi (selain jalan) di Masing-masing Koridor Ekonomi, Rencana Pengembangan Bandara-bandara Komersial Oleh AP I & AP II, Pembangunan 24 Bandar Udara Baru (APBN), Sebaran bandara tahun 2030, Struktur Pelabuhan Indonesia, daftar pelabuhan pemerintah yang beroperasi tahun 2013, Pembangunan Jalur Ganda KA Jawa, Pengembangan Coastal Shipping Di Pantura, Rencana Pengembangan Trans Sumatera Railways, Jaringan perkeretaapian tahun 2030, Pembangunan Trans Maluku. Data berisi 16 halaman ini berasal dari Kementerian Perhubungan, Kadin, Pelindo, diolah duniaindustri.com.(*)
G) Data Masterplan Konektivitas Nasional (2010-2030) ini menampilkan Persebaran PDB Indonesia per Daerah, Urban Area, dan Masterplan Konektivitas Nasional (2010-2030). Data terbaru yang dirilis Oktober 2013 ini berasal dari Kementerian Perhubungan, asosiasi terkait, serta BPS.(*)
H) Data Komprehensif Sistem Logistik Nasional (Sislognas) Indonesia ini menampilkan analisis komprehensif tentang rasio biaya logistik terhadap biaya penjualan di Indonesia dibanding negara maju, porsi biaya transportasi (meliputi transportasi darat, laut, dan udara), perbandingan biaya logistik di Indonesia Barat dan Timur, dwelling time and logistic cost, dan lainnya. Data yang berisi 9 halaman dan dibuat Oktober 2013 ini disusun Kementerian Perdagangan dan dikompilasi oleh duniaindustri.com.(*)
Sumber: di sini
Butuh data lebih spesifik, ingin request data/riset, klik di sini
Cari content provider profesional, klik di sini
Untuk membedah data-data di sektor-sektor tersebut, duniaindustri.com memiliki sedikitnya 10 data dan riset terkait pertumbuhan, titik fokus, dan korelasi tiga sektor tersebut terhadap pertumbuhan industri di negeri ini. Mari simak ulasannya berikut ini:
1) Riset Pasar Seluler dan Data Industri Telekomunikasi 2010-2018 (Peta Persaingan dan Potensi Pertumbuhan)
2) Data Listrik dan Sistem Kelistrikan Nasional 2009-2019
3) Riset Peluang Kerjasama Pemerintah dan Swasta di Proyek Infrastruktur 2015-2019
4) Data dan Outlook Transportasi, Logistik, dan Infrastruktur 2009-2019
5) Data Outlook Sektor Transportasi dan Logistik 2014-2018
6) Data Prospek Investasi dan Kebutuhan Lahan Kawasan Industri
7) Data Daya Saing Industri dilihat dari Sistem Logistik Nasional
8) Data Investasi Infrastruktur, Proyek Pembangunan Pelabuhan, Jalan, Bandara, Kereta Api di Indonesia
9) Data Masterplan Konektivitas Nasional (2010-2030)
10) Data Komprehensif Sistem Logistik Nasional (Sislognas) Indonesia
Berikut penjelasan detail dan outline per halaman:
A) Riset Pasar Seluler dan Data Industri Telekomunikasi 2010-2018 (Peta Persaingan dan Potensi Pertumbuhan) ini dirilis Desember 2016 menampilkan riset komprehensif, kompilasi dan komparasi data, analisis, serta tren market size dan potensi pertumbuhan di Indonesia.
Riset Pasar Seluler dan Data Industri Telekomunikasi 2010-2018 (Peta Persaingan dan Potensi Pertumbuhan) ini dimulai dengan dengan menampilkan highlights ekonomi serta pasar Indonesia, dilengkapi tren konsumen dan tingkat daya beli. (halaman 2-4) Potensi pasar di Indonesia dengan penduduk sekitar 255 juta jiwa dipaparkan pada halaman 5-6.
Selanjutnya, ditampilkan overview pasar seluler dan industri telekomunikasi Indonesia dengan kondisi persaingan ketat, namun penetrasi SIM handphone terus meroket tajam (halaman 7-9).
Pada halaman 10-11, disajikan 12 indikator pasar seluler di Indonesia periode 2010-2020, mulai dari jumlah pelanggan seluler, penetrasi SIM handphone, hingga Average Revenue Per User (ARPU), dan lainnya. Sejumlah indikator utama itu kemudian dikomparasi dengan kondisi di negara lain (halaman 12-13). Data tersebut diperkuat dengan analisis komparasi dan analisis tren di industri seluler dan telekomunikasi di Indonesia (halaman 14-18).
Kemudian, peta persaingan dan analisis kompetisi tiga pemain telekomunikasi terbesar di Indonesia dijabarkan pada halaman 19-26, meliputi pangsa pasar dari pendapatan, pangsa pasar dari jumlah pelanggan, kinerja keuangan dan ARPU, traffic data, hingga teknologi telekomunikasi.
Masuk ke pembahasan selanjutnya, duniaindustri.com menampilkan market intelligent empat pemain telekomunikasi terbesar di Indonesia, mulai dari pohon bisnis (segmentasi anak usaha), highlights kinerja keuangan tiga tahun terakhir, peningkatan layanan data dan internet, strategi bisnis ke depan, cakupan BTS dan kota, serta jumlah pelanggan (halaman 27-56).
Riset Pasar Seluler dan Data Industri Telekomunikasi 2010-2018 (Peta Persaingan dan Potensi Pertumbuhan) sebanyak 57 halaman pdf ini berasal dari BPS, sejumlah perusahaan seluler dan telekomunikasi di Indonesia, dan disajikan duniaindustri.com. Download database industri merupakan fitur terbaru di duniaindustri.com yang menampilkan puluhan data pilihan sesuai kebutuhan users. Seluruh data disajikan dalam bentuk pdf sehingga mudah didownload setelah users melakukan proses sesuai prosedur, yakni klik beli (purchase), klik checkout, dan isi form. Duniaindustri.com mengutamakan keabsahan dan validitas sumber data yang disajikan. Terima kasih atas kepercayaan Anda kepada duniaindustri.com.(*)
B) Data Listrik dan Sistem Kelistrikan Nasional 2009-2019 ini dirilis Oktober 2016 menampilkan data, tren pertumbuhan kebutuhan listrik, proyeksi kebutuhan tambahan kapasitas, rasio elektrifikasi, tren konsumsi listrik, komparasi elektrifikasi di ASEAN, dan lainnya. Periode yang jadi fokus 2019-2019, bahkan untuk beberapa pembahasan terdapat proyeksi hingga 2025.
Data Listrik dan Sistem Kelistrikan Nasional 2009-2019 ini dimulai dengan menampilkan highlight makro ekonomi Indonesia, meliputi pertumbuhan PDB 2014-2019, tren inflasi, populasi penduduk, tren konsumen kelas menengah, laju urbanisasi, median usia penduduk, potensi pasar lokal, serta tren PDB per kapita. (halaman 2-4) Data makro ekonomi Indonesia ini dilengkapi dengan sebaran pertumbuhan ekonomi per daerah dengan perhitungan rata-rata PDB 2010-2030 untuk melihat daerah-daerah mana saja yang memiliki potensi pertumbuhan ekonomi tertinggi. (halaman 5)
Kemudian, data ini menampilkan highlights perkembangan sistem kelistrikan nasional 2015-2016 dengan menampilkan kapasitas terpasang pembangkit (per segmen), panjang jaringan transmisi listrik, konsumsi tenaga listrik, panjang jaringan distribusi, serta konsumsi listrik per kapita dan konsumsi listrik per golongan. (halaman 6) Perkembangan subsidi listrik dan bauran BBM serta komposisi penjualan listrik 2016 ditampilkan pada halaman 7.
Pada halaman 8, ditampilkan perkembangan biaya (cost), tarif, dan subsidi listrik periode 2003-2016. Wilayah usaha penyediaan tenaga listrik dari 24 badan usaha ditampilkan dengan infografis yang menarik pada halaman 9. Data tersebut diperkuat dengan rasio elektrifikasi negara-negara ASEAN (halaman 10). Sedangkan komparasi rasio elektrifikasi Indonesia per daerah ditampilkan pada halaman 11, lengkap dengan tren nasional periode 2010-2019. Terdapat empat daerah di Indonesia yang rasio elektrifikasi-nya di bawah 70%.
Pada halaman 12, ditampilkan infografis sistem kelistrikan nasional dengan data kapasitas terpasang tiap daerah, status pasokan listrik per daerah, serta cadangan pasokan listrik per daerah dan secara nasional. Data tersebut dilengkapi dengan proyeksi kebutuhan listrik, konsumsi listrik, elastisitas, kebutuhan tambahan kapasitas periode 2015-2034. (halaman 13)
Selanjutnya, pada halaman 14 ditampilkan kebutuhan pengembangan pasokan listrik periode 2015-2034 dibagi sistem non-PLN, independent power producer (IPP), PLN dan PLN system, serta total kebutuhan tambahan. Pada halaman 15 ditampilkan bauran energi primer dan bauran energi pembangkit listrik dengan patokan realisasi 2013-2014 dan target 2025.
Pada halaman 16-18, diulas landasan hukum pengembangan sistem ketenagalistrikan nasional. Pada halaman 19, dipaparkan proyeksi kebutuhan tenaga listrik 2016-2025 per pulau di Indonesia. Pada halaman 20-22, ditampilkan porsi tambahan kapasitas pembangkit per jenis pembangkit 2015-2025. Data tersebut dilengkapi dengan proyeksi kebutuhan bahan bakar per jenis pembangkit periode 2016-2025, dibagi dalam empat bahan bakar yakni gas, batubara, biomass, dan panas bumi. (halaman 23-24)
Sementara kebutuhan tambahan jaringan transmisi listrik periode 2016-2025 ditampilkan per golongan pada halaman 25. Kebutuhan tambahan gardu induk per golongan periode 2016-2025 ditampilkan pada halaman 26. Tren kebutuhan tambahan jaringan dan trafo distribusi periode 2016-2025 dipaparkan dalam infografis yang menarik pada halaman 27. Sedangkan kebutuhan investasi dari mulai distribusi, penyaluran, dan pembangkit periode 2016-2025 dipaparkan pada halaman 28. Proyeksi biaya pokok penyediaan listrik untuk periode 2016-2025 ditampilkan pada halaman 29.
Terkait kebijakan pemerintah, payung hukum, dan arah serta strategi pengembangan listrik ke depan ditampilkan pada halaman 30-33. Sementara tantangan dan solusi pengembangan listrik ke depan ditampilkan pada halaman 34-37.
Data Listrik dan Sistem Kelistrikan Nasional 2009-2019 sebanyak 38 halaman ini berasal dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), BPS, WHO dan Bank Dunia, dan perusahaan listrik terbesar di Indonesia, diolah duniaindustri.com. Indeks data industri merupakan fitur terbaru di duniaindustri.com yang menampilkan puluhan data pilihan sesuai kebutuhan users. Seluruh data disajikan dalam bentuk pdf sehingga mudah didownload setelah users melakukan proses sesuai prosedur, yakni klik beli (purchase), klik checkout, dan isi form. Duniaindustri.com mengutamakan keabsahan dan validitas sumber data yang disajikan. Terima kasih atas kepercayaan Anda kepada duniaindustri.com.(*)
B) Riset Peluang Kerjasama Pemerintah dan Swasta di Proyek Infrastruktur 2015-2019 ini berisi data, kajian, analisis, laporan, dan outlook proyek-proyek strategis di sektor infrastruktur di Indonesia. Berbagai proyek infrastruktur, mulai dari proyek prioritas, proyek strategis, dan proyek infrastruktur per provinsi ditampilkan dalam riset ini, dipadu dengan analisis bisnis infrastruktur, market size transportasi dan logistik, serta analisis anggaran infrastruktur dibanding tingkat pengangguran di Indonesia.
Riset ini dimulai dari kondisi perekonomian Indonesia tahun ini diprediksi masih diliputi ketidakpastian, terutama dari sisi global. Meski demikian ekonomi Indonesia diyakini akan lebih baik dibanding tahun lalu. Sisi eksternal yang berpengaruh pada ekonomi domestik, tak bisa dilepaskan dari harga komoditas yang masih belum pulih dan merosotnya ekonomi China yang merupakan salah satu pangsa pasar utama ekspor komoditas Indonesia. (halaman 2)
Penguatan rupiah ini selain didorong oleh faktor domestik, karena meningkatnya kepercayaan investor sejalan dengan ekonomi makro yang lebih baik, juga tidak lepas dari pengaruh eksternal. Pertumbuhan ekonomi kuartal IV 2015 yang sebesar 5,04% telah meningkatkan kepercayaan investor, karena diyakini titik terendah pertumbuhan ekonomi telah terlewati. (halaman 3-4)
Pada halaman 5-7 dibahas data Kementerian Keuangan, anggaran infrastruktur sejak 2009 hingga 2015 memang terus menunjukkan kenaikan. Tetapi kenaikan signifikan memang baru terjadi pada 2015, dari Rp 206,6 triliun pada 2014 menjadi Rp 290,3 triliun. Sedangkan tahun-tahun sebelumnya kenaikannya hanya di kisaran Rp 9,7 triliun hingga Rp 31,3 triliun. Data tersebut dipadukan dengan tren pertumbuhan ekonomi nasional dan ekspektasi ke depan periode 2007-2019. (halaman 8) Di halaman 9, terdapat riset eksklusif terkait tren kenaikan anggaran infrastruktur dibanding tingkat pengangguran di Indonesia periode 2005-2016.
Masuk pada pembahasan proyek infrastruktur, riset ini menampilkan rencana pembangunan infrastruktur laut (halaman 10), infrastruktur pangan (halaman 11), dan transportasi darat (halaman 12). Di halaman 13-14 ditampilkan secara eksklusif 38 proyek kerjasama pemerintah & swasta 2015-2016, baik yang telah ditawarkan maupun yang akan ditawarkan. Di halaman 15-16, dipaparkan 30 proyek infrastruktur prioritas 2016-2019. Pada halaman 17-19 ditampilkan proyek infrastruktur jalan dan jembatan per provinsi pada 2016. Khusus terkait kerjasama pemerintah dan swasta ditampilkan secara detail pada halaman 20-24.
Riset ini diperkuat dengan data tren pertumbuhan pasar (market size) sektor transportasi dan logistik di Indonesia 2009-2019. Pada 2014, pasar sektor transportasi dan logistik diestimasi Rp 1.810 triliun dengan pertumbuhan 13,2%. Pada 2015, market size tersebut naik 15,2% menjadi Rp 2.086 triliun. Pada 2016, angka tersebut diproyeksi tumbuh 15% menjadi Rp 2.399 triliun, dan terus naik hingga mencapai Rp 3.680 triliun di 2019. Rata-rata pertumbuhan tahunan (CAGR) sektor transportasi dan logistik di Indonesia diperkirakan 15,2% periode 2014-2019.
Selain itu, data ini dilengkapi data-data infrastruktur pendukung transportasi dan logistik di Indonesia, seperti sebaran bandara hingga 2030. Jumlah bandara umum saat ini sebanyak 189 bandara, yang terdiri atas 26 bandara komersial (dikelola PT Angkasa Pura) dan 1.643 bandara nonkomersial. Pada 2030, akan bertambah 44 bandara baru, sehingga total jumlah naik menjadi 233 bandara. Juga ditampilkan ekspansi PT Angkasa Pura I dan II dalam ekspansi bandara, meliputi: kebutuhan investasi, penambahan kapasitas, dan persentase pertumbuhan.
Di samping itu, ditampilkan infrastruktur pelabuhan yang cukup vital mengingat Indonesia memiliki garis pantai terpanjang keempat di dunia (95.181 km). Jumlah pelabuhan saat ini mencapai 2.392 pelabuhan yang terdiri dari 111 pelabuhan komersial, 1.481 pelabuhan nonkomersial, dan 800 terminal khusus. Terdapat rencana penambahan 91 pelabuhan baru di Indonesia bagian timur dengan investasi Rp 3,37 triliun.
Riset sebanyak 41 halaman ini berasal dari BPS, Kementerian Keuangan, Bappenas, Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas (KPPIP), Kementerian Perhubungan, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Kementerian Perindustrian, Asosiasi Logistik Indonesia, dan diolah duniaindustri.com. Indeks database industri merupakan fitur terbaru di duniaindustri.com yang menampilkan puluhan data pilihan sesuai kebutuhan users. Seluruh data disajikan dalam bentuk pdf sehingga mudah didownload setelah users melakukan proses sesuai prosedur, yakni klik beli (purchase), klik checkout, dan isi form. Duniaindustri.com mengutamakan keabsahan dan validitas sumber data yang disajikan. Terima kasih atas kepercayaan Anda kepada duniaindustri.com.(*)
B) Data dan Outlook Transportasi, Logistik, dan Infrastruktur 2009-2019 ini menampilkan ukuran pasar (market size) sektor transportasi dan logistik di Indonesia 2009-2019. Pada 2014, pasar sektor transportasi dan logistik diestimasi Rp 1.810 triliun dengan pertumbuhan 13,2%. Pada 2015, market size tersebut naik 15,2% menjadi Rp 2.086 triliun. Pada 2016, angka tersebut diproyeksi tumbuh 15% menjadi Rp 2.399 triliun, dan terus naik hingga mencapai Rp 3.680 triliun di 2019. Rata-rata pertumbuhan tahunan (CAGR) sektor transportasi dan logistik di Indonesia diperkirakan 15,2% periode 2014-2019.
Sektor ini tumbuh secara signifikan sejak 2009-2019. Pada 2009-2014, pertumbuhan mencapai 13,7% CAGR dari hanya Rp 770 triliun pada 2009.
Segmen pengangkutan laut masih mendominasi sebesar Rp 1.096,6 triliun di 2015, disusul kereta api Rp 31,6 triliun, dan udara Rp 1,43 triliun. Segmen pengangkutan laut diproyeksi tumbuh 6,1% di 2013, 4,3% di 2014, dan 5,1% pada 2015 secara volume. Pengangkutan kereta api tumbuh 13,3% di 2013, 8,5% di 2014, dan 7,5% pada 2015. Sementara pengangkutan melalui udara naik 19,6% di 2013, 15,3% di 2014, dan 12,2% pada 2015. Sektor komoditas menjadi salah satu pendorong sektor transportasi dan logistik mengingat besarnya investasi antara lain di sektor CPO senilai US$ 2,4 miliar.
Selain itu, data ini dilengkapi data-data infrastruktur pendukung transportasi dan logistik di Indonesia, seperti sebaran bandara hingga 2030. Jumlah bandara umum saat ini sebanyak 189 bandara, yang terdiri atas 26 bandara komersial (dikelola PT Angkasa Pura) dan 1.643 bandara nonkomersial. Pada 2030, akan bertambah 44 bandara baru, sehingga total jumlah naik menjadi 233 bandara. Juga ditampilkan ekspansi PT Angkasa Pura I dan II dalam ekspansi bandara, meliputi: kebutuhan investasi, penambahan kapasitas, dan persentase pertumbuhan.
Di samping itu, ditampilkan infrastruktur pelabuhan yang cukup vital mengingat Indonesia memiliki garis pantai terpanjang keempat di dunia (95.181 km). Jumlah pelabuhan saat ini mencapai 2.392 pelabuhan yang terdiri dari 111 pelabuhan komersial, 1.481 pelabuhan nonkomersial, dan 800 terminal khusus. Terdapat rencana penambahan 91 pelabuhan baru di Indonesia bagian timur dengan investasi Rp 3,37 triliun.
Juga, ditampilan infrastruktur jalan dan rel kereta yang menopang pergerakan transportasi darat. Data ini juga dilengkapi infrastruktur coastal shipping, Trans Sumatera Railways, rel kereta api perkotaan, high speed train network hingga 2030.
Tidak ketinggalan, data ini menampilkan rasio biaya logistik dari berbagai sektor industri di Indonesia, misalnya untuk industri pengolahan makanan rasio biaya logistik terhadap input mencapai 35%. Terdapat 24 cabang industri yang memiliki rasio biaya logistik terhadap input yang cukup tinggi.
Data sebanyak 33 halaman ini berasal dari BPS, Kementerian Perhubungan, Kementerian Perindustrian, Asosiasi Logistik Indonesia, sejumlah riset perusahaan asing antara lain Frost & Sullivan, dan diolah duniaindustri.com.
Download database industri merupakan fitur terbaru di duniaindustri.com yang menampilkan puluhan data pilihan sesuai kebutuhan users. Seluruh data disajikan dalam bentuk pdf sehingga mudah didownload setelah users melakukan proses sesuai prosedur, yakni klik beli (purchase), klik checkout, dan isi form. Duniaindustri.com mengutamakan keabsahan dan validitas sumber data yang disajikan. Terima kasih atas kepercayaan Anda kepada duniaindustri.com.(*)
C) Data Outlook Sektor Transportasi dan Logistik 2014-2018 ini menampilkan proyeksi pasar sektor transportasi dan logistik 2014-2018. Pada 2013, pasar sektor transportasi dan logistik diestimasi Rp 1.583 triliun dengan pertumbuhan 14,5%, naik rata-rata 15% sehingga mencapai Rp 3.185 triliun di 2018. Segmen pengangkutan laut masih mendominasi sebesar Rp 1.000,6 triliun di 2013, disusul kereta api Rp 26,8 triliun, dan udara Rp 1,16 triliun. Segmen pengangkutan laut diproyeksi tumbuh 6,1% di 2013 dan 4,3% di 2014 secara volume. Pengangkutan kereta api tumbuh 13,3% di 2013 dan 8,5% di 2014. Sementara pengangkutan melalui udara naik 19,6% di 2013 dan 15,3% di 2014. Sektor komoditas menjadi salah satu pendorong sektor transportasi dan logistik mengingat besarnya investasi antara lain di sektor CPO senilai US$ 2,4 miliar. Data sebanyak 24 halaman ini berasal dari Asosiasi Logistik Indonesia, sejumlah riset perusahaan asing antara lain Frost & Sullivan, dan diolah duniaindustri.com.(*)
D) Data Prospek Investasi dan Kebutuhan Lahan Kawasan Industri ini menampilkan tren nilai investasi asing dan domestik dikaitkan dengan kebutuhan lahan industri di Indonesia. Secara kaidah baku, setiap investasi manufaktur Rp 1 triliun butuh lahan di kawasan industri setara 12,5 hektare. Selain itu, data ini menampilkan proyeksi kebutuhan lahan di kawasan industri 2013-2020. Data ini juga menggambarkan total lahan di kawasan industri yang tersisa saat ini dan proyeksi ketersediaannya.
Di samping itu ditampilkan penjualan 10 besar kawasan industri di Indonesia, tren keseimbangan pasokan dan permintaan, tren harga jual lahan di kawasan industri di berbagai kota di Indonesia 2006-2012. Perbandingan harga jual lahan di kawasan industri di Indonesia juga dibandingkan dengan 11 negara lain di dunia. Penyebaran kawasan industri di luar Pulau Jawa, komposisi peran pemerintah dan swasta dalam mengembangkan kawasan industri. Data ini juga menggambarkan program pemerintah dalam mengembangkan kawasan industri di koridor Jawa, Sumatera, Sulawesi, Kalimantan, dan sektor industri sasarannya. Data berisi 41 halaman ini dibuat oleh Kementerian Perindustrian dan diolah duniaindustri.com.(*)
E) Data Daya Saing Industri dilihat dari Sistem Logistik Nasional ini menampilkan berbagai data mengenai sasaran dan akselerasi industrialisasi tahun 2012-2014. Selain itu, daya saing logistik Indonesia dibanding dengan negara Asia dan secara global. Juga, rasio biaya logistik terhadap semua jenis industri seperti industri makanan, minuman, rokok, tekstil, kertas, pupuk, kimia, semen, baja, mesin, dan pengilangan minyak bumi. Di samping itu, dijabarkan rencana interkoneksi KEK Sei Mangkei, hub port Bitung.(*)
F) Data Investasi Infrastruktur, Proyek Pembangunan Pelabuhan, Jalan, Bandara, Kereta Api di Indonesia ini menampilkan berbagai proyek investasi infrastruktur pemerintah baik yang sedang berjalan maupun yang akan dilakukan pada periode 2013-2030. Dimulai dari data Investasi Infrastruktur Transportasi (selain jalan) di Masing-masing Koridor Ekonomi, Rencana Pengembangan Bandara-bandara Komersial Oleh AP I & AP II, Pembangunan 24 Bandar Udara Baru (APBN), Sebaran bandara tahun 2030, Struktur Pelabuhan Indonesia, daftar pelabuhan pemerintah yang beroperasi tahun 2013, Pembangunan Jalur Ganda KA Jawa, Pengembangan Coastal Shipping Di Pantura, Rencana Pengembangan Trans Sumatera Railways, Jaringan perkeretaapian tahun 2030, Pembangunan Trans Maluku. Data berisi 16 halaman ini berasal dari Kementerian Perhubungan, Kadin, Pelindo, diolah duniaindustri.com.(*)
G) Data Masterplan Konektivitas Nasional (2010-2030) ini menampilkan Persebaran PDB Indonesia per Daerah, Urban Area, dan Masterplan Konektivitas Nasional (2010-2030). Data terbaru yang dirilis Oktober 2013 ini berasal dari Kementerian Perhubungan, asosiasi terkait, serta BPS.(*)
H) Data Komprehensif Sistem Logistik Nasional (Sislognas) Indonesia ini menampilkan analisis komprehensif tentang rasio biaya logistik terhadap biaya penjualan di Indonesia dibanding negara maju, porsi biaya transportasi (meliputi transportasi darat, laut, dan udara), perbandingan biaya logistik di Indonesia Barat dan Timur, dwelling time and logistic cost, dan lainnya. Data yang berisi 9 halaman dan dibuat Oktober 2013 ini disusun Kementerian Perdagangan dan dikompilasi oleh duniaindustri.com.(*)
Sumber: di sini
Butuh data lebih spesifik, ingin request data/riset, klik di sini
Cari content provider profesional, klik di sini
Senin, 12 Desember 2016
Telecommunications Industrial Database in Indonesia 2010-2018
Cellular Market Research and Telecommunications Industry Data 2010-2018 (Map Competition and Growth Potential) was released in December 2016 featuring comprehensive research, compilation and comparison of data, analysis, and trend of market size and growth potential in Indonesia.
Cellular Market Research and Telecommunications Industry Data 2010-2018 (Map Competition and Growth Potential) begins with the economic and market highlights featuring Indonesia, include consumer trends and purchasing power. (Page 2-4) The potential market in Indonesia with a population of around 255 million people described on page 5-6.
Furthermore, the mobile display market overview and telecommunication industry in Indonesia with the conditions of tough competition, but the penetration of mobile phones has skyrocketed sharp SIM (pages 7-9).
On pages 10-11, presented 12 indicators Indonesian cellular market in the period 2010-2020, ranging from the number of mobile subscribers, mobile SIM penetration, until the Average Revenue Per User (ARPU), and others. Some major indicators were then dikomparasi with conditions in other countries (pages 12-13). The data reinforced the comparative analysis and analysis of trends in the mobile and telecommunications industry in Indonesia (pages 14-18).
Then, the competitive landscape, and analysis of the competition three largest telecommunications player in Indonesia described on page 19-26, covers the market share of the revenue, the market share of the number of subscribers, ARPU and financial performance, traffic data, and even telecommunications technology.
Enter into further discussion, duniaindustri.com market view intelligent four largest telecom players in Indonesia, ranging from tree business (segmentation subsidiary), highlights the financial performance of the last three years, the increase in data and internet services, future business strategy, BTS coverage and cities , as well as the number of customers (pages 27-56).
Cellular Market Research and Telecommunications Industry Data 2010-2018 (Map Competition and Growth Potential) as much as 57 page pdf is derived from the BPS, a number of mobile and telecommunication company in Indonesia, and served duniaindustri.com.
Download the database industry is a new feature in duniaindustri.com featuring dozens of selected data according to the needs of users. All data is presented in pdf form so easily downloaded after users perform processes according to the procedure, ie click buy (purchase), click checkout, and fill out the form. Duniaindustri.com priority to the legitimacy and validity of the source of the data presented. Thank you for your confidence to duniaindustri.com.(*)
Sources: click here
* Need others market research, click here
Cellular Market Research and Telecommunications Industry Data 2010-2018 (Map Competition and Growth Potential) begins with the economic and market highlights featuring Indonesia, include consumer trends and purchasing power. (Page 2-4) The potential market in Indonesia with a population of around 255 million people described on page 5-6.
Furthermore, the mobile display market overview and telecommunication industry in Indonesia with the conditions of tough competition, but the penetration of mobile phones has skyrocketed sharp SIM (pages 7-9).
On pages 10-11, presented 12 indicators Indonesian cellular market in the period 2010-2020, ranging from the number of mobile subscribers, mobile SIM penetration, until the Average Revenue Per User (ARPU), and others. Some major indicators were then dikomparasi with conditions in other countries (pages 12-13). The data reinforced the comparative analysis and analysis of trends in the mobile and telecommunications industry in Indonesia (pages 14-18).
Then, the competitive landscape, and analysis of the competition three largest telecommunications player in Indonesia described on page 19-26, covers the market share of the revenue, the market share of the number of subscribers, ARPU and financial performance, traffic data, and even telecommunications technology.
Enter into further discussion, duniaindustri.com market view intelligent four largest telecom players in Indonesia, ranging from tree business (segmentation subsidiary), highlights the financial performance of the last three years, the increase in data and internet services, future business strategy, BTS coverage and cities , as well as the number of customers (pages 27-56).
Cellular Market Research and Telecommunications Industry Data 2010-2018 (Map Competition and Growth Potential) as much as 57 page pdf is derived from the BPS, a number of mobile and telecommunication company in Indonesia, and served duniaindustri.com.
Download the database industry is a new feature in duniaindustri.com featuring dozens of selected data according to the needs of users. All data is presented in pdf form so easily downloaded after users perform processes according to the procedure, ie click buy (purchase), click checkout, and fill out the form. Duniaindustri.com priority to the legitimacy and validity of the source of the data presented. Thank you for your confidence to duniaindustri.com.(*)
Sources: click here
* Need others market research, click here
Langganan:
Postingan (Atom)