Direktur Konservasi Energi Direktorat Jenderal EBTKE Kementerian ESDM Hariyanto dalam keterangannya yang diperoleh di Jakarta, Kamis mengungkapkan penurunan permintaan B30 (campuran 30 persen minyak sawit ke dalam solar) menjadi penyebab utama melesetnya target realisasi penyerapan biodiesel yang sudah dicanangkan. "Terjadi penurunan demand dari penggunaan B30 yang secara langsung mengurangi penggunaan biodiesel," ungkapnya dalam keterangan tertulis, kemarin.
Pada Januari 2020, menurut Hariyanto, volume penyerapan biodiesel sebesar 699,5 ribu kiloliter atau 87,53 persen dari PO, yaitu 789,64 ribu kiloliter. Februari, realisasi sempat mengalami pertumbuhan yang positif dengan menyentuh angka 756,96 ribu kiloliter atau 94,72 persen dari PO, yaitu 799,3 ribu kiloliter.
Sementara Maret 2020, pemanfaatan biodiesel kembali mengalami penurunan dengan hanya terserap 713,86 ribu kiloliter atau 89,32 persen dari PO, yaitu 809,95 ribu kiloliter. Konsumsi biodiesel sejak 2017 terus mengalami peningkatan.
Pada 2018, konsumsinya sebesar 3,55 juta kiloliter atau meningkat 49 persen dibandingkan 2017 sebesar 2,37 juta kiloliter. Peningkatan ini dilatarbelakangi perluasan pemanfaatan B20 ke sektor non public service obligation (PSO). Kebijakan tersebut berlanjut hingga 2019 sehingga konsumsi biodiesel berada pada angka 6,37 juta kiloliter. Realisasi ini belum termasuk tambahan volume biodiesel untuk kebutuhan uji coba B30 pada akhir 2019.
Tingginya realisasi penyerapan biodiesel menjadi ‘angin segar’ bagi perusahaan perkebunan kelapa sawit di tengah pelemahan ekspor yang drastis. Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) mencatat ekspor minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) pada Januari 2020 mengalami penurunan sebesar 35,6 persen menjadi 2,39 juta ton, dari Desember 2019 sebesar 3,72 juta ton.
Direktur Eksekutif Gapki Mukti Sardjono menjelaskan penurunan ekspor CPO antara lain dipengaruhi karena harga minyak bumi yang tidak menentu akibat ketidaksepakatan antara OPEC dengan Rusia, serta terjadinya pandemi Virus Corona baru (COVID-19) di sejumlah negara.
"Terjadinya pandemi Corona yang melanda hampir ke seluruh dunia menyebabkan perlambatan kegiatan ekonomi global, yang berakibat pada penurunan konsumsi minyak nabati, terutama minyak nabati yang diimpor," kata Mukti.
Selain itu, penurunan ekspor yang cukup drastis dalam bulan Januari dikarenakan masih tersedianya stok di negara-negara importir utama atau importir menunggu respons pasar terhadap program B30 yang diterapkan Indonesia.
Mukti merinci bahwa penurunan ekspor CPO terjadi hampir ke semua negara tujuan yaitu ke China turun 381.000 ton (turun 57 persen), Uni Eropa turun 188.000 ton (turun 30 persen), ke India turun 141.000 ton (turun 22 persen), dan ke Amerika Serikat turun 129.000 ton (turun 64 persen).
Sementara itu ekspor CPO ke Bangladesh meningkat 40.000 ton atau sebesar 52 persen dari bulan sebelumnya. Penurunan ekspor ini terjadi pada komoditas CPO, PKO, biodiesel, sementara oleokimia naik dengan 22,9 persen.
Meski kinerja ekspor turun, saat memasuki awal tahun 2020 harga CPO meningkat dengan rata-rata harga CPO CIF Rotterdam sebesar 830 dolar AS per ton, dibandingkan harga pada Desember 2019 adalah 787 dolar AS per ton.
"Harga yang baik ini diharapkan akan menjadi penyemangat bagi pekebun dan perusahaan perkebunan untuk memelihara kebun dengan lebih baik agar mendapatkan produktivitas yang tertinggi," kata Mukti.
Ada pun produksi CPO pada bulan Januari 2020 sedikit mengalami kenaikan yaitu 3,48 juta ton, dibandingkan dengan produksi bulan Desember 2019 sebesar 3,45 juta ton. Konsumsi domestik juga sedikit meningkat dari 1,45 juta ton menjadi 1,47 juta ton.(*/)
Sumber: klik di sini
Mari Simak Coverage Riset Data Spesifik Duniaindustri.com:
Market database
* Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 181 database, klik di sini
Manufacturing data
Market research data
Market leader data
Market investigation
Market observation
Market intelligence
Monitoring data
Market Survey/Company Survey
Multisource compilation data
Market domestic data
Market export data
Market impor data
Market directory database
Competitor profilling
Market distribution data
Company database/directory
Mapping competition trend
Profiling competitor strategy
Market data analysist
Historical data
Time series data
Tabulation data
Factory directory database
Market segmentation data
Market entry strategy analysist
Big data processor
Financial Modeling/Feasibility Study
Price trend analysist
Data business intelligence
Customized Direktori Database
** Butuh competitor intelligence, klik di sini
*** Butuh copywriter specialist, klik di sini
**** Butuh content provider (branding online), klik di sini
***** Butuh jasa medsos campaign, klik di sini
Database Riset Data Spesifik Lainnya:
- Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 181 database, klik di sini
- Butuh 24 Kumpulan Database Otomotif, klik di sini
- Butuh 18 Kumpulan Riset Data Kelapa Sawit, klik di sini
- Butuh 15 Kumpulan Data Semen dan Beton, klik di sini
- Butuh 8 Kumpulan Riset Data Baja, klik di sini
- Butuh 15 Kumpulan Data Transportasi dan Infrastruktur, klik di sini
- Butuh 9 Kumpulan Data Makanan dan Minuman, klik di sini
- Butuh 6 Kumpulan Market Analysis Industri Kimia, klik di sini
- Butuh 3 Kumpulan Data Persaingan Pasar Kosmetik, klik di sini
- Butuh competitor intelligence ataupun riset khusus (survei & observasi), klik di sini
- Butuh copywriter specialist, klik di sini
- Butuh content provider (online branding), klik di sini
- Butuh market report dan market research, klik di sini
- Butuh perusahaan konsultan marketing dan penjualan, klik di sini
- Butuh menjaring konsumen korporasi dengan fitur customized direktori database perusahaan, klik di sini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar