Industri perkebunan kelapa sawit Indonesia memiliki peranan penting 
di dunia mengingat negeri ini merupakan produsen dan eksportir minyak 
sawit mentah (crude palm oil/CPO) terbesar di dunia. Untuk mengetahui 
seluk-beluk industri perkebunan kelapa sawit di Indonesia, duniaindustri.com menghimpun sedikitnya 17 riset dan data industri perkebunan kelapa sawit.
Mari simak ulasannya di bawah ini:
1) Riset Tren Produksi Kelapa Sawit 2009-2017 (Analisis Pasar Ekspor CPO)
2) Riset Eksklusif dan Data Industri Minyak Goreng Sawit (Tren Persaingan Market Leader)
3) Riset Tren Produksi Oleokimia dan Biodiesel 2011-2017
4) Data Outlook Industri Oleokimia dan Biodiesel 2015-2016
5) Outlook Industri CPO 2016
6) Data Investasi, Insentif, serta Kawasan Ekonomi Khusus Perkebunan Sawit 2010-2015
7) Data Luas Lahan Sawit, Produksi, serta Ekspor CPO 2009-2015
8) Data Hilirisasi Industri Sawit, dari Regulasi hingga Persebaran Investasi
9) Data Perkebunan Sawit dan Produsen Hilir Terbesar Dunia
10) Data Outlook Pasar Minyak Nabati China
11) Data Perubahan Iklim Terkait Sektor Perkebunan di Indonesia
12) Data Strategi Pengembangan Sawit dan Batubara di Indonesia
13) Data Tren Harga dan Produksi Minyak Nabati Utama
14) Data Keseimbangan Pasokan-Kebutuhan Sawit dan Dampaknya ke Harga
15) Data Komprehensif Industri Biofuels dan Produk Hilir CPO
16) Data Peranan Industri Sawit sebagai Penghasil Devisa Ekspor
17) Data Volume dan Nilai Ekspor CPO, Tarif Bea Keluar, HPE
Berikut ini uraian singkat dari masing-masing data di atas:
1) Riset Tren Produksi Kelapa Sawit 2009-2017 (Analisis Pasar Ekspor CPO) ini dirilis pada awal Januari 2017 menampilkan data, analisis, dan outlook
 industri perkebunan kelapa sawit Indonesia, dari mulai tren produksi, 
tren ekspor, perkembangan luas lahan, tren produktivitas, mata rantai 
industri kelapa sawit, dan lainnya.
Riset Tren Produksi Kelapa Sawit 2009-2017 (Analisis Pasar Ekspor CPO)
 ini dimulai dengan menampilkan tren produksi minyak sawit mentah (crude
 palm oil/CPO) Indonesia periode 2009-2017F beserta komposisi produksi 
rakyat, BUMN, dan swasta pada halaman 2. Data tersebut diperkuat dengan 
komparasi produksi dan ekspor CPO Indonesia periode 2008-2018 dengan 
skenario optimis pada halaman 3. 
Pada halaman 4, 
dipaparkan analisis singkat tentang proyeksi produksi CPO Indonesia 
2017, faktor-faktor yang mempengaruhi yakni tren ekspor dan mandatori 
biodiesel, serta estimasi harga per ton. Pada halaman 5, ditampilkan 
tren mandatori bioethanol dan biodiesel periode 2013-2025 menurut 
regulasi terkini, dilengkapi dengan alur proses biodiesel pada halaman 6, serta analisis penyerapan biodiesel pada 2016. 
Masih
 terkait biodiesel berbasis kelapa sawit, pada halaman 8-9 ditampilkan 
tren kapasitas produksi biodiesel, konsumsi domestik, dan ekspor periode
 2015-2017, serta estimasi peralihan impor diesel dengan biodiesel 
berbasis kelapa sawit hingga 2025.
Berlanjut ke halaman
 10, ditampilkan luas lahan kelapa sawit di Indonesia periode 
2009-2017F, berdasarkan komposisi BUMN, rakyat, dan swasta. Riau, 
Sumatera Utara, dan Kalimantan menjadi provinsi dengan lahan sawit 
terluas di halaman 11. Data tersebut diperkuat dengan tren komposisi 
penguasaan lahan kelapa sawit di Indonesia pada halaman 12. Kemudian, 
produktivitas CPO Indonesia ditampilkan berdasarkan kepemilikan lahan 
pada halaman 13. 
Pada halaman 14 dijabarkan tren 
volume ekspor dan nilai ekspor CPO pada periode 2009-2017F. Dilanjutkan 
dengan tren produksi inti sawit di Indonesia periode 1986-2014, 
berdasarkan komposisi kepemilikan lahan pada halaman 15. Mata rantai 
industri sawit yang menaungi 2 juta unit usaha perkebunan keluarga, 
1.320 perusahaan perkebunan, 74 industri minyak goreng, 37 industri oleokimia, dan lainnya ditampilkan pada halaman 16.
Selain
 itu, target pengembangan industri CP0 Indonesia hingga 2030 serta tren 
perkembangan industri sawit modern dijabarkan pada halaman 17-18. 
Dilanjutkan dengan pemetaan kawasan khusus industri kelapa sawit di 
Indonesia pada halaman 19.
Pada halaman 20-21, 
dijabarkan sejarah perkembangan industri CPO Indonesia menjadi produsen 
terbesar di Indonesia, dilengkapi tren investasi pada halaman 22-23, 
tren produktivitas berdasarkan luas lahan pada halaman 24, serta tren 
peningkatan nilai tambah pada halaman 25. Pada halaman 26-27 dijelaskan 
masing-masing asosiasi industri yang menaungi industri ini dari 
hulu-hilir. 
Pada halaman 28 ditampilkan tren produksi 
oleokimia periode 2004-2015, disusul tren produksi pengolahan CPO, 
fractionation, modification pada halaman 29, profil produksi biodiesel 
pada halaman 30, dan profil industri CPO hulu-hilir pada halaman 31. 
Kemudian,
 pada halaman 32-45 ditampilkan analisis pasar ekspor CPO Indonesia di 
Amerika Serikat, mulai dari perkembangan pangsa pasar CPO Indonesia di 
pasar AS, perbandingan dengan pangsa pasar CPO Malaysia, tren volume 
impor minyak nabati AS periode 2010-2014, perkembangan pangsa volume 
impor empat jenis minyak nabati di AS periode 2010-2014, perkembangan 
harga empat jenis minyak nabati di AS periode 2010-2014, perkembangan 
nilai impor 15 komoditas minyak nabati di pasar AS, hingga regulasi 
tarif bea masuk minyak nabati di pasar AS.
Selain pasar AS, riset ini
 juga menampilkan analisis pasar minyak nabati China. Pada halaman 46-53
 ditampilkan analisis dan tren pasar minyak nabati China dari mulai, 
tren impor soybean China periode 1992-2013, tren impor soybean di 
Taiwan, China daratan, dan Taiwan daratan periode 1965-2013, tren impor 
minyak sawit China periode 1996-2013, hingga pangsa pasar CPO Indonesia 
di China periode 2002-2013.
Riset Tren Produksi Kelapa Sawit 2009-2017 (Analisis Pasar Ekspor CPO)
 sebanyak 54 halaman ini berasal dari berbagai sumber antara lain 
regulator di Indonesia, BPS, BKPM, kementerian terkait (Kementerian 
Pertanian, Kementerian Perdagangan, Kementerian Perindustrian), serta 
asosiasi industri, seperti Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia 
(GAPKI), Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI), serta 
perusahaan China, diolah duniaindustri.com. Indeks database industri merupakan fitur terbaru di duniaindustri.com
 yang menampilkan puluhan data pilihan sesuai kebutuhan users. Seluruh 
data disajikan dalam bentuk pdf sehingga mudah didownload setelah users 
melakukan proses sesuai prosedur, yakni klik beli (purchase), klik 
checkout, dan isi form. Duniaindustri.com mengutamakan keabsahan dan validitas sumber data yang disajikan. Terima kasih atas kepercayaan Anda kepada duniaindustri.com.(*)
 
2) Riset Eksklusif dan Data Industri Minyak Goreng Sawit 2005-2015
 ini menampilkan riset eksklusif, data, analisis, dan outlook industri 
minyak goreng sawit di Indonesia, dari mulai tren produksi, tren 
investasi, peningkatan kapasitas produksi, para pemain besar, persebaran
 lokasi pabrik, tren market leader (pemimpin pasar berdasarkan merek dan
 berdasarkan kapasitas produksi), serta berbagai informasi lain seperti 
regulasi dan target 2030.
Di halaman 7 dipaparkan dalam
 chart tentang peta penyebaran pabrik minyak goreng di Indonesia. 
Sumatera Utara menjadi daerah dengan populasi pabrik minyak goreng 
terbesar di Indonesia, mencakup 30,46% dari total jumlah pabrik minyak 
goreng di negeri ini. Disusul Riau dengan 24,83%.
Pada
 halaman 8, dipaparkan tren produksi minyak sawit goreng yang tumbuh 80%
 dari 2011 ke 2014. Data tersebut dilengkapi dengan tren investasi, tren
 pertumbuhan produksi, konsumsi, serta ekspor minyak goreng sawit 
periode 2011-2017 (estimasi) pada halaman (9-10).
Duniaindustri.com membuat riset eksklusif
 terkait pangsa pasar produsen minyak goreng sawit berdasarkan kapasitas
 terpasang untuk periode 2013 dan 2015, lengkap dengan masing-masing 
kapasitas 5 pemain terbesar (halaman 11-13). Sementara pada halaman 
14-15, duniaindustri.com membuat riset eksklusif terkait tren perubahan 
pangsa pasar merek minyak goreng periode 2005-2015.(*)
2) Riset Tren Produksi Oleokimia dan Biodiesel 2011-2017
 ini menampilkan data, analisis, dan outlook industri oleokimia (fatty 
acid, fatty alcohol, minyak goreng) serta biodiesel di Indonesia, dari 
mulai tren produksi, tren investasi, peningkatan kapasitas produksi, 
para pemain besar, persebaran lokasi pabrik, tren ekspor, impor, serapan
 tenaga kerja, serta berbagai informasi lain seperti regulasi dan target
 2030.
Riset ini dimulai dengan tren kenaikan kapasitas
 produksi yang signifikan pada empat industri, yakni refinery 
(fraksionasi) atau minyak goreng, fatty acid, fatty alcohol, dan methyl 
ester (biodiesel). (halaman 2)
Pada
 2014 dan 2015 terjadi peningkatan investasi yang signifikan di industri
 oleokimia dan biodiesel hingga Rp 24 triliun yang mendorong kapasitas 
produksi nasional tumbuh rata-rata 55% (minyak goreng 80%, fatty acid 
47%, fatty alcohol 85%, dan methyl ester atau biodiesel 66%). 
Duniaindustri.com secara eksklusif membuat riset tren produksi stearic 
acid, glycerine, fatty acid, dan fatty alcohol dari 1995-2016. (halaman 
3)
Data tersebut kemudian dianalisis lebih mendalam 
pada halaman 4. Demikian juga pada halaman 5 dibuat riset khusus terkait
 tren produksi biodiesel di Indonesia periode 2011-2016.
Untuk memperkuat riset tersebut, duniaindustri.com
 menampilkan persebaran kapasitas produksi industri oleokimia di 
Indonesia, terutama untuk produksi fatty acid, fatty alcohol, dan produk
 akhir. Fokus persebaran industri oleokimia didominasi di Sumatera 
Utara. Total kapasitas industri oleokimia di Indonesia mencapai 1,599 
juta ton per tahun. Terdapat 9 pemain besar di antaranya PT Musim Mas 
dengan kapasitas 450 ribu ton per tahun, PT Ecogreen 419 ribu ton per 
tahun, PT Wilmar Nabati Indonesia 132 ribu ton per tahun, lengkap dengan
 peta lokasi masing-masing pabrik perusahaan tersebut.(*)
4) Data Outlook Industri Oleokimia dan Biodiesel 2015-2016
 ini menampilkan persebaran kapasitas produksi industri oleokimia di 
Indonesia, terutama untuk produksi fatty acid, fatty alcohol, dan produk
 akhir. Fokus persebaran industri oleokimia didominasi di Sumatera 
Utara. Total kapasitas industri oleokimia di Indonesia mencapai 1,599 
juta ton per tahun. Terdapat 9 pemain besar di antaranya PT Musim Mas 
dengan kapasitas 450 ribu ton per tahun, PT Ecogreen 419 ribu ton per 
tahun, PT Wilmar Nabati Indonesia 132 ribu ton per tahun, lengkap dengan
 peta lokasi masing-masing pabrik perusahaan tersebut.
Data
 ini juga menjabarkan peta persebaran industri biodiesel Indonesia 
periode 2014-2016. Pada 2014, total kapasitas industri biodiesel di 
Indonesia mencapai 4,99 juta ton atau setara 5,67 juta kiloliter, dengan
 perincian Riau dan Kepri 2,61 juta ton, Jawa Bagian Timur 1,57 juta 
ton, Jawa Bagian Barat 364 ribu ton, dan daerah lain-lain 233 ribu ton. 
Terdapat 17 pemain skala besar di antaranya PT Wilmar Bioenergy 
Indonesia di Riau dengan kapasitas 1,3 juta ton per tahun, PT Musim Mas 
di Medan dengan kapasitas 235 ribu ton per tahun, PT Eterindo Whanatama 
Gresik dengan kapasitas 80 ribu ton per tahun, PT Wilmar Nabati 
Indonesia di Gresik (1,3 juta ton per tahun), PT Sumi Asih Oleochem di 
Bekasi (100 ribu ton per tahun), PT Darmex Biofuels di Cikarang (150 
ribu ton per tahun), dan lainnya, lengkap dengan peta lokasi 
masing-masing pabrik.
Pada 2015, terjadi penambahan 
kapasitas biodiesel sebesar 2,32 juta ton per tahun sehingga total 
kapasitas nasional naik menjadi 7,32 juta ton. Terdapat 11 pemain skala 
besar yang melakukan penambahan kapasitas pada 2015 antara lain PT 
Oleokimia Sejahtera Mas di Dumai dengan kapasitas 500 ribu ton per 
tahun, PT Darmex Biofuels di Dumai sebesar 410.500 ribu ton per tahun, 
PT Indo Biofuels Energy di Kalbar (100 ribu ton/tahun), PT Permata Hijau
 Palm Oleo di Medan (140 ribu ton/tahun), PT Nusa Energy di Kaltim (100 
ribu ton/tahun), PT Bits Energy di Kaltim (100 ribu ton/tahun), PT Multi
 Biofuel Indonesia di Sulut (160 ribu ton/tahun). (*)
5) Outlook Industri CPO 2016
 menampilkan proyeksi produksi CPO Indonesia sebagai produsen terbesar 
di dunia pada 2016. Produksi CPO Indonesia pada 2016 diestimasi mencapai
 35 juta ton, tumbuh 9,3% dibanding proyeksi tahun ini 32 juta ton, 
menurut data United State Department of Agriculture (USDA). Kenaikan 
tersebut akan mendorong peningkatan produksi CPO global sebesar 5,96% 
menjadi 65,1 juta ton pada 2016 dibanding proyeksi tahun ini 61,44 juta 
ton.
Dengan demikian, produksi CPO Indonesia tahun 
depan diperkirakan menyumbang 53,7% dari total produksi CPO global. 
Sementara Malaysia, produsen CPO terbesar kedua setelah Indonesia, 
diperkirakan memproduksi CPO sebanyak 21 juta ton pada 2016, dengan 
kontribusi 32,25% terhadap pasar global.
Selain itu, 
ditampilkan data proyeksi harga CPO dunia pada 2016, pengaruh El-Nino 
dan sentimen program biodiesel. Serta, dampaknya terhadap perkembangan 
ekspor dan tren permintaan global.
Juga ditampilkan 
cakupan lahan perkebunan kelapa sawit di Indonesia, dengan komposisi 
provinsi terbesar berdasarkan kebun sawit. Luas lahan kebun kelapa sawit
 di Indonesia pada 2015 diperkirakan mencapai 11,4 juta hektare, dengan 
komposisi 5,9 juta hektare lahan swasta, 4,7 juta hektare lahan rakyat, 
dan 0,8 juta hektare lahan BUMN.
Di sisi lain, 
ditampilkan juga tren investasi di sektor hulu dan sektor hilir industri
 perkebunan kelapa sawit di Indonesia dalam lima tahun terakhir, 
insentif investasi yang disiapkan pemerintah, serta proyeksi tren ke 
depan. Tidak ketinggalan, dipaparkan kawasan industri khusus industri 
kelapa sawit yang sedang dibangun pemerintah, target 2030, dan tren mata
 rantai industri sawit modern.
Data
 sebanyak 21 halaman ini berasal dari berbagai sumber antara lain 
regulator di Indonesia, BPS, BKPM, kementerian terkait, serta asosiasi 
industri, diolah duniaindustri.com.(*)
6) Data Investasi, Insentif, serta Kawasan Ekonomi Khusus Perkebunan Sawit 2010-2015
 ini menampilkan realisasi investasi perkebunan kelapa sawit di 
Indonesia 2010-2015, baik PMA maupun PMDN, tren yang terjadi, serta 
dampaknya terhadap produksi CPO nasional. Selain itu, dijabarkan 
insentif dan posisi investasi perkebunan sawit dalam prioritas 
pemerintah.
Rata-rata pertumbuhan realisasi PMA 
industri minyak sawit dalam 5 (lima) tahun terakhir sebesar 140%, 
sedangkan perkebunan kelapa sawit sebesar 15%. Rata-rata pertumbuhan 
realisasi PMDN industri minyak sawit dalam 5 (lima) tahun terakhir 
sebesar 145%, sedangkan perkebunan kelapa sawit sebesar 1,3%.
Untuk
 menopang pertumbuhan investasi, pemerintah akan membangun 8 kawasan 
ekonomi khusus di industri pengolahan kelapa sawit. Delapan KEK itu 
tersebut di Maloy Batuta (557,34 hektare), Palu, Bitung, Morotai, Sei 
Mangkei, Tanjung Lesung, dan Mandalika. Serta diulas bagaimana upaya 
pemerintah untuk menyederhanakan perizinan di sektor perkebunan kelapa 
sawit.
Data
 berjumlah 12 halaman ini berguna bagi investor, pemodal kelapa sawit, 
marketing, peneliti dan periset, akademisi, praktisi, dan regulator. 
Data ini berasal dari asosiasi industri, BKPM, BPS, dan diolah 
duniaindustri.com. (*)
7) Data Luas Lahan Sawit, Produksi, serta Ekspor CPO 2009-2015
 ini menampilkan luas lahan perkebunan sawit tahun 2014 sebesar 10,9 
juta hektare. Riau, Sumatera Utara, dan Kalimantan merupakan provinsi 
dengan lahan sawit terluas. Sekitar 51,6% dari 10,9 juta hektar lahan 
sawit di Indonesia dimiliki oleh perusahaan perkebunan swasta (besar), 
dan 41.5% dimiliki oleh perkebunan rakyat.
Produktivitas
 CPO perkebunan rakyat dan BUMN menunjukkan tren penurunan dari tahun 
2009-2014, sementara perusahaan perkebunan swasta justru meningkat. 
Produktivitas CPO perkebunan rakyat juga 20% lebih rendah dibandingkan 
perusahaan swasta.
Produktivitas CPO rakyat pada tahun 
2014 hanya sebesar 2,3 ton/ha, atau 20% di bawah produktivitas CPO 
perusahaan perkebunan swasta. Dengan asumsi harga CPO sebesar US$ 
550/ton, peningkatan produktivitas CPO rakyat dari 2,3 ton/ha menjadi 
2,9 ton/ha akan memberikan tambahan kesejahteraan sebesar US$ 1 milyar 
kepada seluruh petani.
Selain itu, data ini menampilkan
 kondisi perekonomian Indonesia 2015, mata utang rupiah yang melemah 
terhadap dolar AS, posisi utang luar negeri Indonesia, perbedaan krisis 
ekonomi 1997 dengan kondisi saat ini. Data ini diperoleh dari sumber 
terkemuka, regulator, BPS, diolah duniaindustri.com. (*)
8) Data Hilirisasi Industri Sawit, dari Regulasi hingga Persebaran Investasi
 ini menampilkan luas area kebun sawit di Indonesia 2011-2015, produksi 
CPO nasional 2011-2015, serta produktivitas kebun rakyat. Selain itu, 
ditampilkan juga pohon industri pengolahan CPO, baik yang sudah 
diproduksi di Indonesia maupun belum diproduksi. Juga dipaparkan 
peningkatan nilai tambah dari CPO, CPKO, minyak goreng, margarine, 
biodiesel FAME, confectionaries, fatty acid, fatty alcohol, surfaktan, 
kosmetik. Serta dijelaskan skema pemberian insentif investasi di sektor 
ini, seperti tax allowance, tax holiday, pembebasan bea masuk mesin, 
restrukturisasi bea keluar, dan lainnya. Dampak dari program hilirisasi;
 ragam Produk Hilir pada Tahun 2011 hanya 54 Jenis, berkembang menjadi 
149 jenis pada awal tahun 2014 dan diperkirakan meningkat menjadi 169 
jenis pada Tahun 2015. Juga ditampilkan persebaran investasi di industri
 oleokimia (masing-masing perusahaan dan kapasitasnya), industri 
biodiesel, serta proyeksi tambahan kapasitas biodiesel hingga 2015.
Sebaran
 investasi industri oleokimia antara lain PT Musim Mas, PT Soci Mas, PT 
Domba Mas, PT Flora Sawita, PT Sumi Asih, PT Ecogreen, PT Wilmar Nabati.
 Sementara sebaran investasi industri biodiesel antara lain PT Darmex 
Biofuels, PT Nusa Energy, PT Indo Biofuels Energy, PT Bits Energy, PT 
Multi Biofuels, PT Permata Hijau Palm Oleo, PT Oleokimia Sejahtera Mas, 
dan PT Wilmar Bioenergy Indonesia. Data berjumlah 18 halaman ini berasal
 dari Kementerian Perindustrian, Asosiasi Produsen Biodiesel Indonesia, 
Asosiasi Produsen Oleokimia, Gapki serta sejumlah produsen CPO terbesar 
di Indonesia. (*)
9) Data Perkebunan Sawit dan Produsen Hilir Terbesar Dunia
 ini menampilkan sejak 2012 Indonesia menjadi produsen minyak sawit 
mentah (crude palm oil/CPO) terbesar dunia dan ditargetkan pada 2030 
Indonesia menjadi produsen terbesar dunia untuk oleofood, bio-oleokimia,
 bio-energi, bio-lubricant, bio-surfactant, bio-detergent. Juga, 
ditampilkan tren data produksi CPO Indonesia sejak 1980-2012/2013, 
dengan dukungan jumlah perusahaan perkebunan sawit mencapai 1.320 
perusahaan, 74 industri minyak goreng, 46 industri margarin shortening, 
44 industri detergen dan sabun, 37 industri oleokimia, dan 20 industri 
biodiesel. Dengan devisa ekspor yang besar mencapai US$ 21,3 miliar pada
 2012, penerimaan negara dari bea keluar juga terus meningkat menjadi Rp
 79,4 triliun di 2012. Pangsa pasar CPO Indonesia di dunia juga terus 
naik dari 22% pada 1990, menjadi 30% pada 2000, dan 48% pada 2010. 
Selain itu, dipaparkan data perbandingan produktivitas minyak nabati di 
dunia dengan keunggulan CPO sebesar 4,27 ton/hektare. Data sebanyak 38 
halaman ini berasal dari Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia 
(Gapki) dan diolah duniaindustri.com. (*)
10) Data Outlook Pasar Minyak Nabati China
 ini menampilkan impor soybean China terus meningkat dari 10.000 ribu 
ton pada 1996 menjadi 65.000 ribu ton pada 2013/2014. China mulai 
defisit soybean sejak 2003 karena produksi domestiknya tidak mencukupi 
kebutuhan. Impor soybean China terus meningkat seperti kereta yang sulit
 berhenti. Juga ditampilkan komposisi impor soybean China yang dilakukan
 BUMN, swasta, dan perusahaan multinasional. Selain itu, dipaparkan 
impor palm oil China dari sejumlah negara, terutama Indonesia. Impor 
China untuk komoditas olein, stearin, dan PKO asal Indonesia 
masing-masing sebesar 63%, 47%, dan 30%. Juga ditunjukkan tren impor 
bulanan China untuk komoditas olein periode 2008-2013. Jumlah impor palm
 oil China pada 2011/2012 mencapai 5.859 ribu ton, naik menjadi 6.589 
ribu ton pada 2012/2013, dan diprediksi naik lagi menjadi 6.600 ribu ton
 pada 2013/2014. Data sebanyak 25 halaman ini berasal dari makalah Jeffery (Jianfei) XU, Dongling Grain & Oil Co Ltd dan diolah duniaindustri.com. (*)
11) Data Perubahan Iklim Terkait Sektor Perkebunan di Indonesia
 ini menampilkan teori perubahan iklim (climate change) termasuk 
peningkatan emisi karbon di Indonesia, yang salah satunya disebabkan 
deforestasi sekitar 13 juta hektare per tahun. Meski demikian, sektor 
perkebunan di Indonesia mampu menghasilkan biodiesel sebagai salah satu 
alternatif bahan bakar yang dapat diperbaharui. Data sebanyak 56 halaman
 ini berasal dari makalah Dr. Edvin Aldrian APU, Director of the Center 
for Climate Change and Air Quality Meteorology Climatology and 
Geophysics Agency (BMKG) IPCC Working Group 1 AR 5 Lead Author dan 
diolah duniaindustri.com. (*)
12) Data Strategi Pengembangan Sawit dan Batubara di Indonesia
 ini menampilkan strategi pengembangan dua komoditas utama Indonesia, 
yakni kelapa sawit dan batubara, dikaitkan dengan Masterplan Percepatan 
dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). Di antaranya 
ditampilkan tulang punggung pengembangan industri minyak sawit mentah 
(CPO) di empat daerah, yakni Sei Mangkei, Dumai, Kalimantan Barat, dan 
Kalimantan Timur. Pengembangan industri hilir CPO di Sei Mankei karena 
PT Unilever Indonesia dan Ferrostaal telah berinvestasi US$ 1 miliar. 
Sedangkan pengembangan industri batubara diarahkan ke Sumatera Selatan 
yang menyimpan 39% dari cadangan batubara nasional, sekitar 18,13 miliar
 ton. Selain itu, ditampilkan 56 proyek MP3EI senilai US$ 29 miliar yang
 diperinci per proyek, skema pendanaan, dan kaitannya dengan program 
pemerintah. Data yang terdiri atas 21 halaman microsoft powerpoint ini 
dibuat oleh Komite Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi 
Indonesia (KP3EI) dan diolah duniaindustri.com. (*)
13) Data Tren Harga dan Produksi Minyak Nabati Utama
 ini menampilkan tren harga dari minyak nabati utama (sawit, soybean, 
dan lainnya) periode 2008-2013. Selain itu ditampilkan data tujuan 
ekspor CPO Indonesia ke dunia, antara lain India 47%, Malaysia 14%, dan 
lainnya. Juga dibahas kendala dan tantangan industri CPO di Indonesia 
serta perbandingan dengan soybean, meliputi impor soybean Indonesia, 
harga soybean, produksi soybean dunia. Data yang terdiri atas 20 halaman
 microsoft powerpoint ini dibuat oleh lembaga riset, dan praktisi 
pertanian. (*)
14) Data Keseimbangan Pasokan-Kebutuhan Sawit dan Dampaknya ke Harga
 ini menampilkan perbandingan produksi dan ekspor CPO di Indonesia 
2008-2018. Selain itu, outlook produksi minyak mentah Indonesia 
2009-2020 yang menampilkan potensi penurunan produksi, sementara 
kebutuhan naik 4%-5% per tahun. Di 2020, impor minyak mentah Indonesia 
bisa mencapai 1 juta barel per hari. Karena itu, Indonesia harus 
mendiversifikasi produksi energi. Bagaimana caranya? Produksi biodiesel 
mesti ditambah. Juga ditampilkan data skenario pengubahan minyak mentah 
ke biodiesel. Data ini juga menggambarkan skenario untuk memproduksi 100
 ribu barel minyak mentah diperlukan 5,25 juta ton CPO per tahun atau 
5,8 juta kiloliter biodiesel dari 1 juta hektare lahan dan 1,57 juta 
pekerja. Data yang terdiri atas 18 halaman microsoft powerpoint ini 
dibuat oleh pelaku usaha dan produsen biodiesel dan diolah duniaindustri.com. (*)
15) Data Komprehensif Industri Biofuels dan Produk Hilir CPO
 ini menampilkan perbandingan populasi, PDB per kapita, konsumsi minyak,
 di Indonesia, AS, China, Eropa, dan Rusia. Selain itu, dijabarkan 100 
produk turunan CPO serta kapasitas produksi pengolahan, fractionation, 
dan modifikasi produk turunan CPO sejak 2011-2013. Ditampilkan juga 
kapasitas produksi oleokimia (fatty alcohol dan fatty acid) periode 
2004-201, kapasitas produksi biodiesel 2006-2013, proyeksi investasi 
hingga US$ 2,7 miliar, regulasi mandatori biodiesel. Ekspor CPO juga 
ditampilkan secara mendetail, dari mulai ekspor CPO, ekspor biodiesel, 
serta komparasinya dengan kebutuhan domestik periode 2009-2013. Data 
yang terdiri atas 20 halaman ini dibuat oleh Asosiasi Produsen Biofuel 
Indonesia (Aprobi) dan diolah duniaindustri.com. (*)
16) Data Peranan Industri Sawit sebagai Penghasil Devisa Ekspor
 ini menampilkan peranan industri minyak sawit mentah (crude palm 
oil/CPO) dalam struktur ekspor nasional, seiring terjadinya defisit 
neraca perdagangan yang melemahkan rupiah terhadap dolar AS. Data yang 
berisi 9 halaman ini dilengkapi tabel dan grafis perkembangan nilai 
ekspor dan volume ekspor CPO serta produk turunannya dalam sepuluh tahun
 terakhir. Data ini berasal dari Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit 
Indonesia (Gapki), BPS, dan Bank Indonesia. (*)
17) Data Volume dan Nilai Ekspor CPO, Tarif Bea Keluar, HPE
 ini berisi tren volume dan nilai ekspor CPO dan produk turunannya, 
tarif bea keluar, harga patokan ekspor, harga Rotterdam per bulan selama
 dua tahun terakhir. (*)
Sumber: di sini
Lihat database lengkap, klik di sini
* Butuh data lebih spesifik, ingin request data/riset, klik di sini
** Butuh Content Provider Berkualitas, klik di sini






Tidak ada komentar:
Posting Komentar