Kamis, 21 Juni 2018

Kumpulan 19 Market Report Industri Kelapa Sawit

Industri perkebunan kelapa sawit Indonesia memiliki peranan penting di dunia mengingat negeri ini merupakan produsen dan eksportir minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) terbesar di dunia. Untuk mengetahui seluk-beluk industri perkebunan kelapa sawit di Indonesia, duniaindustri.com menghimpun sedikitnya 19 riset dan data industri perkebunan kelapa sawit.

Mari simak ulasannya di bawah ini:

Berikut ini uraian singkat dari masing-masing data di atas:

1) Data Sebaran Luas Kebun Kelapa Sawit Per Provinsi (Top 20 Provinsi dengan Lahan Sawit Terluas) ini dirilis minggu ketiga Juni 2018, menampilkan data komprehensif, tren pasar, laporan terbaru, data pemetaan perprovinsi, dan informasi teraktual terkait lahan kelapa sawit beserta produksi dan ekspor komoditas tersebut di Indonesia. Data komprehensif ini dibuat sebagai acuan (benchmark) bagi industriawan yang terkait dengan industri perkebunan kelapa sawit dan turunannya beserta stakeholders lainnya.

Data Sebaran Luas Kebun Kelapa Sawit Per Provinsi (Top 20 Provinsi dengan Lahan Sawit Terluas) ini dimulai dengan menampilkan highlight dan outlook perekonomian Indonesia. Pada 2016 dan 2017, perekonomian Indonesia mampu bertumbuh positif di tengah tantangan perlambatan ekonomi global (halaman 2 dan 3).

Proyeksi ekonomi dan perdagangan global pada 2018 diringkas dalam infografis yang menarik pada halaman 4. Pada halaman 5 sampai 7, diulas proyeksi pertumbuhan masing-masing sektor ekonomi di Indonesia meliputi industri pengolahan, konstruksi, perdagangan, informatika dan telekomunikasi, jasa keuangan, pertanian, transportasi, pertambangan, listrik, minyak dan gas. Juga dilengkapi dengan katalis masing-masing sektor. 

Masuk ke fokus pembahasan, pada halaman 8 ditampilkan data pemetaan luas lahan perkebunan kelapa sawit per provinsi di Indonesia periode 2017, dalam bentuk grafis yang menarik. Pada halaman 9 ditampilkan detail luas lahan perkebunan kelapa sawit per provinsi di Indonesia dalam bentuk tabel. Pada halaman 10, ditampilkan data top 20 provinsi dengan luas lahan perkebunan kelapa sawit terbesar di Indonesia. Diharapkan dengan data ini, pelaku industri sawit dan stakeholders terkait dapat mencermati tren terbaru.

Sebagai komparasi, pada halaman 11 ditampilkan data pemetaan luas lahan perkebunan kelapa sawit per provinsi di Indonesia periode 2014. Kemudian, distribusi kepemilikan lahan sawit serta tren luas lahan sawit di Indonesia periode 2009-2015 dipaparkan dalam data grafis pada halaman 12. Disusul pembahasan tentang produktivitas CPO Indonesia yang dijelaskan dalam tren produksi berdasarkan kepemilikan lahan serta tren pertumbuhannya periode 2009-2015 pada halaman 13. 

Selanjutnya, perbandingan lahan yang ditanami dengan output CPO berdasarkan kepemilikan lahan ditampilkan dalam data pada halaman 14. Beralih ke data produksi, konsumsi, dan ekspor, pada halaman 15 ditampilkan data outlook dan proyeksi produksi, konsumsi, dan ekspor CPO Indonesia periode 2010-2025. Selanjutnya, pada halaman 16, ditampilkan data tabel pie chart berisi top 11 negara tujuan utama ekspor CPO Indonesia periode 2017. 

Tak ketinggalan, profil industri perkebunan kelapa sawit di Indonesia dijabarkan pada halaman 17, antara lain berisi pendapatan devisa ekspor, jumlah tenaga kerja, serta jumlah petani kecil sawit. Mata rantai (supply chain) industri kelapa sawit ditampilkan pada halaman 18 sampai 20, memaparkan jumlah industri hulu, jumlah UKM pemasok barang dan jasa, jumlah industri pendukung (pupuk, pestisida, alat dan mesin), serta jumlah industri hilir (minyak goreng, shortening, detergen, sabun, oleokimia, biodiesel).

Khusus terkait pasar ekspor, pada halaman 21 sampai 25, ditampilkan data tren impor CPO oleh Uni Eropa dan komposisi negara eksportir CPO ke Uni Eropa. Disusul kemudian dengan target pengembangan industri kelapa sawit di Indonesia pada 2030 (halaman 26), bagan pengembangan dari upstream, onfarm, downstream, serta penyedia jasa.

Pada data komprehensif kali ini, duniaindustri.com ingin menampilkan data spesifik yang lebih mendalam. Pada halaman 28 sampai 34, ditampikan data grafis gurita bisnis perusahaan-perusahaan sawit Malaysia di Indonesia, sayap bisnis dua korporasi terbesar asal Malaysia yang berlokasi di kebun sawit di Indonesia, luas lahan sawit dari 9 perusahaan Malaysia di Indonesia, serta porsi ekspor minyak sawit Indonesia berdasarkan grup usaha dan korporasi negara asal.

Data Sebaran Luas Kebun Kelapa Sawit Per Provinsi (Top 20 Provinsi dengan Lahan Sawit Terluas) ini berisi 35 halaman pdf dengan ukuran file 7 MB. Data komprehensif ini dioleh oleh tim Duniaindustri.com didukung data dari Badan Pusat Statistik (BPS), Kementerian Pertanian, lembaga negara yang kompeten, asosiasi industri, serta data-data pendukung dari sejumlah perusahaan kelapa sawit di Indonesia. Indeks data industri merupakan fitur terbaru di duniaindustri.com yang menampilkan puluhan data pilihan sesuai kebutuhan users. Seluruh data disajikan dalam bentuk pdf sehingga mudah didownload setelah users melakukan proses sesuai prosedur, yakni klik beli (purchase), klik checkout, dan isi form. Duniaindustri.com mengutamakan keabsahan dan validitas sumber data yang disajikan.(*)

2) Data Produksi, Konsumsi, dan Ekspor Kelapa Sawit 2010-2025 (Overview Kebijakan Eropa dan Peran Petani) ini dirilis pada awal Mei 2018 menampilkan data, analisis, dan outlook industri perkebunan kelapa sawit Indonesia, dari mulai tren produksi, tren ekspor, perkembangan luas lahan, tren produktivitas, mata rantai industri kelapa sawit, dan lainnya. Dalam data kali ini ditampilkan juga overview kebijakan ataupun pandangan Eropa yang menjadi salah satu pasar utama.

Data Produksi, Konsumsi, dan Ekspor Kelapa Sawit 2010-2025 (Overview Kebijakan Eropa dan Peran Petani) ini dimulai dengan menampilkan executive summary. Dalam executive summary dipaparkan terkait isu Eropa yang menjadi hangat di kalangan pelaku usaha kelapa sawit karena masifnya kampanye negatif dan rencana pembatasan penggunaan minyak sawit, yang diduga sebagai ekses dari persaingan minyak nabati global. Dalam bagian pertama (halaman 2 sampai 16), ditampilkan perkembangan pandangan Eropa terhadap bisnis kelapa sawit di Indonesia.

Pada halaman 3, ditampilkan kerangka pemikiran yang berkembang di Eropa, dari mulai isu  lingkungan dan deforestasi, tren perdagangan kelapa sawit di Eropa, standar bagi petani kelapa sawit, serta suistanable development goals (SDG). Pada halaman 4, ditampilkan data tabel terkait produksi kelapa sawit di Indonesia, demand (konsumsi), ekspor, dan keseimbangannya pada periode 2010 sampai 2015, 2020, dan 2025. Angka produksi dan ekspor diestimasikan tumbuh dua kali lipat dalam 15 tahun tersebut, ditopang kenaikan tajam ekspor.

Pada halaman 5, ditampilkan data tabel terkait pergerakan nilai perdagangan kelapa sawit ke Eropa, khususnya untuk kelapa sawit untuk pangan dan industri, periode 2008 sampai 2017. Tarif impor di Eropa cenderung sangat rendah dan tidak terdapat hambatan nontarif.

Selanjutnya, Pada halaman 6, disajikan data proyeksi konsumsi minyak nabati (vegetable oil) dunia untuk periode 2015-2050, yang pertumbuhannya diekspektasi berkisar 2%-3% per tahun. Dari data tersebut, di-breakdown berdasarkan pasar utamanya yakni India, Eropa, China, dan Pakistan. Data tersebut didukung dengan data perbandingan luasan lahan, produksi, serta produktivitas 4 minyak nabati utama, yakni soybean, sunflower, rapeseed, dan kelapa sawit (palm oil).

Pada halaman 7, ditampilkan grafis tentang luas lahan kelapa sawit di Indonesia sejak 1978-2017, lengkap dengan komposisi milik petani, BUMN, dan swasta. Data ini juga didukung dengan tren pergerakan CPO yield sejak 2005-2015 untuk perusahaan swasta dan petani sawit.

Berikutnya, pada halaman 8 sampai 12, dipaparkan perkembangan terbaru di pasar Eropa, antara lain inisiatif Parlemen Eropa untuk mengecualikan biofuels berbasis sawit dalam program energi terbarukan, penghentian bea masuk anti dumping, serta pelacakan kelapa sawit dengan standar keberlanjutan. Pada halaman 13 ditampilkan infografis terkait pemetaan hutan dan lahan lainnya di Indonesia dalam konteks bebas deforestasi. Pada halaman 14 sampai 17, disajikan data-data konversi lahan di Indonesia periode 2000-2015, konflik yang terjadi, dan hal lainnya.

Masuk ke pembahasan selanjutnya, pada halaman 18 hingga 30, dipaparkan tentang sejumlah kajian yang dilakukan Komisi Eropa terkait isu lingkungan, deforestasi, dan peran petani sawit di Indonesia. Juga diulas secara mendalam terkait perbandingan 4 sertifikat utama di kelapa sawit yakni ISCC (International Sustainability Carbon Certification), RSPO, ISPO, dan MSPO. Pada halaman 30, disajikan data tabel terkait peningkatan jumlah tenaga kerja di sektor kelapa sawit di Indonesia periode 2000-2015 untuk segmen pemilik lahan dari petani, BUMN, dan swasta. Pada halaman 31, ditampilkan data perbandingan pendapatan sebelum dan sesudah perkembangan perkebunan kelapa sawit, menyesuaikan dengan studi high carbon stock.

Selanjutnya, pada halaman 31 ditampilkan data perubahan pendapatan dari perkebunan kelapa sawit di 3 kawasan, yakni Indonesia, Malaysia, dan Afrika Barat. Pada halaman 34, ditampilkan tren perkebunan kelapa sawit di Indonesia tidak terpengaruh harga di pasar internasional periode 1988-2014. Sementara di halaman 35-37, ditampilkan data perbandingan kebutuhan lahan dari 4 jenis minyak nabati utama.

Pada halaman 38 hingga 48, diulas tentang profil industri kelapa sawit di Indonesia, nilai ekspor, jumlah tenaga kerja, komposisi petani skala besar dan skala kecil serta program energi terbarukan. Juga ditampilkan infografis pemetaan lahan petani kecil sawit di sejumlah wilayah di Indonesia, komposisi lahan, peran petani kecil dalam ekspansi lahan, profil petani kecil sawit, program peremajaan lahan, serta target program replanting per daerah periode 2017-2022.

Data Produksi, Konsumsi, dan Ekspor Kelapa Sawit 2010-2025 (Overview Kebijakan Eropa dan Peran Petani) ini berisi sebanyak 48 halaman berukuran 10,3 MB, berasal dari berbagai  sumber antara lain regulator di Indonesia, BPS, BKPM, kementerian terkait (Kementerian Pertanian, Kementerian Perdagangan, Kementerian Perindustrian), serta asosiasi industri, seperti Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Komisi Uni Eropa, FAO, diolah duniaindustri.com. Data ini disajikan 95% dalam bahasa Inggris dan hanya 5% dalam bahasa Indonesia.

Indeks database industri merupakan fitur terbaru di duniaindustri.com yang menampilkan puluhan data pilihan sesuai kebutuhan users. Seluruh data disajikan dalam bentuk pdf sehingga mudah didownload setelah users melakukan proses sesuai prosedur, yakni klik beli (purchase), klik checkout, dan isi form. Duniaindustri.com mengutamakan keabsahan dan validitas sumber data yang disajikan. Terima kasih atas kepercayaan Anda kepada duniaindustri.com.(*)

3) Riset Tren Produksi Kelapa Sawit 2009-2017 (Analisis Pasar Ekspor CPO) ini dirilis pada awal Januari 2017 menampilkan data, analisis, dan outlook industri perkebunan kelapa sawit Indonesia, dari mulai tren produksi, tren ekspor, perkembangan luas lahan, tren produktivitas, mata rantai industri kelapa sawit, dan lainnya.

Riset Tren Produksi Kelapa Sawit 2009-2017 (Analisis Pasar Ekspor CPO) ini dimulai dengan menampilkan tren produksi minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) Indonesia periode 2009-2017F beserta komposisi produksi rakyat, BUMN, dan swasta pada halaman 2. Data tersebut diperkuat dengan komparasi produksi dan ekspor CPO Indonesia periode 2008-2018 dengan skenario optimis pada halaman 3.

Pada halaman 4, dipaparkan analisis singkat tentang proyeksi produksi CPO Indonesia 2017, faktor-faktor yang mempengaruhi yakni tren ekspor dan mandatori biodiesel, serta estimasi harga per ton. Pada halaman 5, ditampilkan tren mandatori bioethanol dan biodiesel periode 2013-2025 menurut regulasi terkini, dilengkapi dengan alur proses biodiesel pada halaman 6, serta analisis penyerapan biodiesel pada 2016.

Masih terkait biodiesel berbasis kelapa sawit, pada halaman 8-9 ditampilkan tren kapasitas produksi biodiesel, konsumsi domestik, dan ekspor periode 2015-2017, serta estimasi peralihan impor diesel dengan biodiesel berbasis kelapa sawit hingga 2025.

Berlanjut ke halaman 10, ditampilkan luas lahan kelapa sawit di Indonesia periode 2009-2017F, berdasarkan komposisi BUMN, rakyat, dan swasta. Riau, Sumatera Utara, dan Kalimantan menjadi provinsi dengan lahan sawit terluas di halaman 11. Data tersebut diperkuat dengan tren komposisi penguasaan lahan kelapa sawit di Indonesia pada halaman 12. Kemudian, produktivitas CPO Indonesia ditampilkan berdasarkan kepemilikan lahan pada halaman 13.

Pada halaman 14 dijabarkan tren volume ekspor dan nilai ekspor CPO pada periode 2009-2017F. Dilanjutkan dengan tren produksi inti sawit di Indonesia periode 1986-2014, berdasarkan komposisi kepemilikan lahan pada halaman 15. Mata rantai industri sawit yang menaungi 2 juta unit usaha perkebunan keluarga, 1.320 perusahaan perkebunan, 74 industri minyak goreng, 37 industri oleokimia, dan lainnya ditampilkan pada halaman 16.

Selain itu, target pengembangan industri CP0 Indonesia hingga 2030 serta tren perkembangan industri sawit modern dijabarkan pada halaman 17-18. Dilanjutkan dengan pemetaan kawasan khusus industri kelapa sawit di Indonesia pada halaman 19.

Pada halaman 20-21, dijabarkan sejarah perkembangan industri CPO Indonesia menjadi produsen terbesar di Indonesia, dilengkapi tren investasi pada halaman 22-23, tren produktivitas berdasarkan luas lahan pada halaman 24, serta tren peningkatan nilai tambah pada halaman 25. Pada halaman 26-27 dijelaskan masing-masing asosiasi industri yang menaungi industri ini dari hulu-hilir.

Pada halaman 28 ditampilkan tren produksi oleokimia periode 2004-2015, disusul tren produksi pengolahan CPO, fractionation, modification pada halaman 29, profil produksi biodiesel pada halaman 30, dan profil industri CPO hulu-hilir pada halaman 31.

Kemudian, pada halaman 32-45 ditampilkan analisis pasar ekspor CPO Indonesia di Amerika Serikat, mulai dari perkembangan pangsa pasar CPO Indonesia di pasar AS, perbandingan dengan pangsa pasar CPO Malaysia, tren volume impor minyak nabati AS periode 2010-2014, perkembangan pangsa volume impor empat jenis minyak nabati di AS periode 2010-2014, perkembangan harga empat jenis minyak nabati di AS periode 2010-2014, perkembangan nilai impor 15 komoditas minyak nabati di pasar AS, hingga regulasi tarif bea masuk minyak nabati di pasar AS.

Selain pasar AS, riset ini juga menampilkan analisis pasar minyak nabati China. Pada halaman 46-53 ditampilkan analisis dan tren pasar minyak nabati China dari mulai, tren impor soybean China periode 1992-2013, tren impor soybean di Taiwan, China daratan, dan Taiwan daratan periode 1965-2013, tren impor minyak sawit China periode 1996-2013, hingga pangsa pasar CPO Indonesia di China periode 2002-2013.

Riset Tren Produksi Kelapa Sawit 2009-2017 (Analisis Pasar Ekspor CPO) sebanyak 54 halaman ini berasal dari berbagai sumber antara lain regulator di Indonesia, BPS, BKPM, kementerian terkait (Kementerian Pertanian, Kementerian Perdagangan, Kementerian Perindustrian), serta asosiasi industri, seperti Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI), serta perusahaan China, diolah duniaindustri.comIndeks database industri merupakan fitur terbaru di duniaindustri.com yang menampilkan puluhan data pilihan sesuai kebutuhan users. Seluruh data disajikan dalam bentuk pdf sehingga mudah didownload setelah users melakukan proses sesuai prosedur, yakni klik beli (purchase), klik checkout, dan isi form. Duniaindustri.com mengutamakan keabsahan dan validitas sumber data yang disajikan. Terima kasih atas kepercayaan Anda kepada duniaindustri.com.(*)


4) Riset Eksklusif dan Data Industri Minyak Goreng Sawit 2005-2015 ini menampilkan riset eksklusif, data, analisis, dan outlook industri minyak goreng sawit di Indonesia, dari mulai tren produksi, tren investasi, peningkatan kapasitas produksi, para pemain besar, persebaran lokasi pabrik, tren market leader (pemimpin pasar berdasarkan merek dan berdasarkan kapasitas produksi), serta berbagai informasi lain seperti regulasi dan target 2030.

Di halaman 7 dipaparkan dalam chart tentang peta penyebaran pabrik minyak goreng di Indonesia. Sumatera Utara menjadi daerah dengan populasi pabrik minyak goreng terbesar di Indonesia, mencakup 30,46% dari total jumlah pabrik minyak goreng di negeri ini. Disusul Riau dengan 24,83%.

Pada halaman 8, dipaparkan tren produksi minyak sawit goreng yang tumbuh 80% dari 2011 ke 2014. Data tersebut dilengkapi dengan tren investasi, tren pertumbuhan produksi, konsumsi, serta ekspor minyak goreng sawit periode 2011-2017 (estimasi) pada halaman (9-10).

Duniaindustri.com membuat riset eksklusifterkait pangsa pasar produsen minyak goreng sawit berdasarkan kapasitas terpasang untuk periode 2013 dan 2015, lengkap dengan masing-masing kapasitas 5 pemain terbesar (halaman 11-13). Sementara pada halaman 14-15, duniaindustri.com membuat riset eksklusif terkait tren perubahan pangsa pasar merek minyak goreng periode 2005-2015.(*)

5) Riset Tren Produksi Oleokimia dan Biodiesel 2011-2017 ini menampilkan data, analisis, dan outlook industri oleokimia (fatty acid, fatty alcohol, minyak goreng) serta biodiesel di Indonesia, dari mulai tren produksi, tren investasi, peningkatan kapasitas produksi, para pemain besar, persebaran lokasi pabrik, tren ekspor, impor, serapan tenaga kerja, serta berbagai informasi lain seperti regulasi dan target  2030.

Riset ini dimulai dengan tren kenaikan kapasitas produksi yang signifikan pada empat industri, yakni refinery (fraksionasi) atau minyak goreng, fatty acid, fatty alcohol, dan methyl ester (biodiesel). (halaman 2)

Pada 2014 dan 2015 terjadi peningkatan investasi yang signifikan di industri oleokimia dan biodiesel hingga Rp 24 triliun yang mendorong kapasitas produksi nasional tumbuh rata-rata 55% (minyak goreng 80%, fatty acid 47%, fatty alcohol 85%, dan methyl ester atau biodiesel 66%). Duniaindustri.com secara eksklusif membuat riset tren produksi stearic acid, glycerine, fatty acid, dan fatty alcohol dari 1995-2016. (halaman 3)

Data tersebut kemudian dianalisis lebih mendalam pada halaman 4. Demikian juga pada halaman 5 dibuat riset khusus terkait tren produksi biodiesel di Indonesia periode 2011-2016.

Untuk memperkuat riset tersebut, duniaindustri.com menampilkan persebaran kapasitas produksi industri oleokimia di Indonesia, terutama untuk produksi fatty acid, fatty alcohol, dan produk akhir. Fokus persebaran industri oleokimia didominasi di Sumatera Utara. Total kapasitas industri oleokimia di Indonesia mencapai 1,599 juta ton per tahun. Terdapat 9 pemain besar di antaranya PT Musim Mas  dengan kapasitas 450 ribu ton per tahun, PT Ecogreen 419 ribu ton per tahun, PT Wilmar Nabati Indonesia 132 ribu ton per tahun, lengkap dengan peta lokasi masing-masing pabrik perusahaan tersebut.(*)

6) Data Outlook Industri Oleokimia dan Biodiesel 2015-2016 ini menampilkan persebaran kapasitas produksi industri oleokimia di Indonesia, terutama untuk produksi fatty acid, fatty alcohol, dan produk akhir. Fokus persebaran industri oleokimia didominasi di Sumatera Utara. Total kapasitas industri oleokimia di Indonesia mencapai 1,599 juta ton per tahun. Terdapat 9 pemain besar di antaranya PT Musim Mas  dengan kapasitas 450 ribu ton per tahun, PT Ecogreen 419 ribu ton per tahun, PT Wilmar Nabati Indonesia 132 ribu ton per tahun, lengkap dengan peta lokasi masing-masing pabrik perusahaan tersebut.

Data ini juga menjabarkan peta persebaran industri biodiesel Indonesia periode 2014-2016. Pada 2014, total kapasitas industri biodiesel di Indonesia mencapai 4,99 juta ton atau setara 5,67 juta kiloliter, dengan perincian Riau dan Kepri 2,61 juta ton, Jawa Bagian Timur 1,57 juta ton, Jawa Bagian Barat 364 ribu ton, dan daerah lain-lain 233 ribu ton. Terdapat 17 pemain skala besar di antaranya PT Wilmar Bioenergy Indonesia di Riau dengan kapasitas 1,3 juta ton per tahun, PT Musim Mas di Medan dengan kapasitas 235 ribu ton per tahun, PT Eterindo Whanatama Gresik dengan kapasitas 80 ribu ton per tahun, PT Wilmar Nabati Indonesia di Gresik (1,3 juta ton per tahun), PT Sumi Asih Oleochem di Bekasi (100 ribu ton  per tahun), PT Darmex Biofuels di Cikarang (150 ribu ton per tahun), dan lainnya, lengkap dengan peta lokasi masing-masing pabrik.

Pada 2015, terjadi penambahan kapasitas biodiesel sebesar 2,32 juta ton per tahun sehingga total kapasitas nasional naik menjadi 7,32 juta ton. Terdapat 11 pemain skala besar yang melakukan penambahan kapasitas pada 2015 antara lain PT Oleokimia Sejahtera Mas di Dumai dengan kapasitas 500 ribu ton per tahun, PT Darmex Biofuels di Dumai sebesar 410.500 ribu ton per tahun, PT Indo Biofuels Energy di Kalbar (100 ribu ton/tahun), PT Permata Hijau Palm Oleo di Medan (140 ribu ton/tahun), PT Nusa Energy di Kaltim (100 ribu ton/tahun), PT Bits Energy di Kaltim (100 ribu ton/tahun), PT Multi Biofuel Indonesia di Sulut (160 ribu ton/tahun). (*)

7) Outlook Industri CPO 2016 menampilkan proyeksi produksi CPO Indonesia sebagai produsen terbesar di dunia pada 2016. Produksi CPO Indonesia pada 2016 diestimasi mencapai 35 juta ton, tumbuh 9,3% dibanding proyeksi tahun ini 32 juta ton, menurut data United State Department of Agriculture (USDA). Kenaikan tersebut akan mendorong peningkatan produksi CPO global sebesar 5,96% menjadi 65,1 juta ton pada 2016 dibanding proyeksi tahun ini 61,44 juta ton.

Dengan demikian, produksi CPO Indonesia tahun depan diperkirakan menyumbang 53,7% dari total produksi CPO global. Sementara Malaysia, produsen CPO terbesar kedua setelah Indonesia, diperkirakan memproduksi CPO sebanyak 21 juta ton pada 2016, dengan kontribusi 32,25% terhadap pasar global.

Selain itu, ditampilkan data proyeksi harga CPO dunia pada 2016, pengaruh El-Nino dan sentimen program biodiesel. Serta, dampaknya terhadap perkembangan ekspor dan tren permintaan global.

Juga ditampilkan cakupan lahan perkebunan kelapa sawit di Indonesia, dengan komposisi provinsi terbesar berdasarkan kebun sawit. Luas lahan kebun kelapa sawit di Indonesia pada 2015 diperkirakan mencapai 11,4 juta hektare, dengan komposisi 5,9 juta hektare lahan swasta, 4,7 juta hektare lahan rakyat, dan 0,8 juta hektare lahan BUMN.

Di sisi lain, ditampilkan juga tren investasi di sektor hulu dan sektor hilir industri perkebunan kelapa sawit di Indonesia dalam lima tahun terakhir, insentif investasi yang disiapkan pemerintah, serta proyeksi tren ke depan. Tidak ketinggalan, dipaparkan kawasan industri khusus industri kelapa sawit yang sedang dibangun pemerintah, target 2030, dan tren mata rantai industri sawit modern.

Data sebanyak 21 halaman ini berasal dari berbagai sumber antara lain regulator di Indonesia, BPS, BKPM, kementerian terkait, serta asosiasi industri, diolah duniaindustri.com.(*)

8) Data Investasi, Insentif, serta Kawasan Ekonomi Khusus Perkebunan Sawit 2010-2015 ini menampilkan realisasi investasi perkebunan kelapa sawit di Indonesia 2010-2015, baik PMA maupun PMDN, tren yang terjadi, serta dampaknya terhadap produksi CPO nasional. Selain itu, dijabarkan insentif dan posisi investasi perkebunan sawit dalam prioritas pemerintah.

Rata-rata pertumbuhan realisasi PMA industri minyak sawit dalam 5 (lima) tahun terakhir sebesar 140%, sedangkan perkebunan kelapa sawit sebesar 15%. Rata-rata pertumbuhan realisasi PMDN industri minyak sawit dalam 5 (lima) tahun terakhir sebesar 145%, sedangkan perkebunan kelapa sawit sebesar 1,3%.

Untuk menopang pertumbuhan investasi, pemerintah akan membangun 8 kawasan ekonomi khusus di industri pengolahan kelapa sawit. Delapan KEK itu tersebut di Maloy Batuta (557,34 hektare), Palu, Bitung, Morotai, Sei Mangkei, Tanjung Lesung, dan Mandalika. Serta diulas bagaimana upaya pemerintah untuk menyederhanakan perizinan di sektor perkebunan kelapa sawit.

Data berjumlah 12 halaman ini berguna bagi investor, pemodal kelapa sawit, marketing, peneliti dan periset, akademisi, praktisi, dan regulator. Data ini berasal dari asosiasi industri, BKPM, BPS, dan diolah duniaindustri.com. (*)

9) Data Luas Lahan Sawit, Produksi, serta Ekspor CPO 2009-2015 ini menampilkan luas lahan perkebunan sawit tahun 2014 sebesar 10,9 juta hektare. Riau, Sumatera Utara, dan Kalimantan merupakan provinsi dengan lahan sawit terluas. Sekitar 51,6% dari 10,9 juta hektar lahan sawit di Indonesia dimiliki oleh perusahaan perkebunan swasta (besar), dan 41.5% dimiliki oleh perkebunan rakyat.

Produktivitas CPO perkebunan rakyat dan BUMN menunjukkan tren penurunan dari tahun 2009-2014, sementara perusahaan perkebunan swasta justru meningkat. Produktivitas CPO perkebunan rakyat juga 20% lebih rendah dibandingkan perusahaan swasta.

Produktivitas CPO rakyat pada tahun 2014 hanya sebesar 2,3 ton/ha, atau 20% di bawah produktivitas CPO perusahaan perkebunan swasta. Dengan asumsi harga CPO sebesar US$ 550/ton, peningkatan produktivitas CPO rakyat dari 2,3 ton/ha menjadi 2,9 ton/ha akan memberikan tambahan kesejahteraan sebesar US$ 1 milyar kepada seluruh petani.

Selain itu, data ini menampilkan kondisi perekonomian Indonesia 2015, mata utang rupiah yang melemah terhadap dolar AS, posisi utang luar negeri Indonesia, perbedaan krisis ekonomi 1997 dengan kondisi saat ini. Data ini diperoleh dari sumber terkemuka, regulator, BPS, diolah duniaindustri.com. (*)

10) Data Hilirisasi Industri Sawit, dari Regulasi hingga Persebaran Investasi ini menampilkan luas area kebun sawit di Indonesia 2011-2015, produksi CPO nasional 2011-2015, serta produktivitas kebun rakyat. Selain itu, ditampilkan juga pohon industri pengolahan CPO, baik yang sudah diproduksi di Indonesia maupun belum diproduksi. Juga dipaparkan peningkatan nilai tambah dari CPO, CPKO, minyak goreng, margarine, biodiesel FAME, confectionaries, fatty acid, fatty alcohol, surfaktan, kosmetik. Serta dijelaskan skema pemberian insentif investasi di sektor ini, seperti tax allowance, tax holiday, pembebasan bea masuk mesin, restrukturisasi bea keluar, dan lainnya. Dampak dari program hilirisasi; ragam Produk Hilir pada Tahun 2011 hanya 54 Jenis, berkembang menjadi 149 jenis pada awal tahun 2014 dan diperkirakan meningkat menjadi 169 jenis pada Tahun 2015. Juga ditampilkan persebaran investasi di industri oleokimia (masing-masing perusahaan dan kapasitasnya), industri biodiesel, serta proyeksi tambahan kapasitas biodiesel hingga 2015.

Sebaran investasi industri oleokimia antara lain PT Musim Mas, PT Soci Mas, PT Domba Mas, PT Flora Sawita, PT Sumi Asih, PT Ecogreen, PT Wilmar Nabati. Sementara sebaran investasi industri biodiesel antara lain PT Darmex Biofuels, PT Nusa Energy, PT Indo Biofuels Energy, PT Bits Energy, PT Multi Biofuels, PT Permata Hijau Palm Oleo, PT Oleokimia Sejahtera Mas, dan PT Wilmar Bioenergy Indonesia. Data berjumlah 18 halaman ini berasal dari Kementerian Perindustrian, Asosiasi Produsen Biodiesel Indonesia, Asosiasi Produsen Oleokimia, Gapki serta sejumlah produsen CPO terbesar di Indonesia. (*)

11) Data Perkebunan Sawit dan Produsen Hilir Terbesar Dunia ini menampilkan sejak 2012 Indonesia menjadi produsen minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) terbesar dunia dan ditargetkan pada 2030 Indonesia menjadi produsen terbesar dunia untuk oleofood, bio-oleokimia, bio-energi, bio-lubricant, bio-surfactant, bio-detergent. Juga, ditampilkan tren data produksi CPO Indonesia sejak 1980-2012/2013, dengan dukungan jumlah perusahaan perkebunan sawit mencapai 1.320 perusahaan, 74 industri minyak goreng, 46 industri margarin shortening, 44 industri detergen dan sabun, 37 industri oleokimia, dan 20 industri biodiesel. Dengan devisa ekspor yang besar mencapai US$ 21,3 miliar pada 2012, penerimaan negara dari bea keluar juga terus meningkat menjadi Rp 79,4 triliun di 2012. Pangsa pasar CPO Indonesia di dunia juga terus naik dari 22% pada 1990, menjadi 30% pada 2000, dan 48% pada 2010. Selain itu, dipaparkan data perbandingan produktivitas minyak nabati di dunia dengan keunggulan CPO sebesar 4,27 ton/hektare. Data sebanyak 38 halaman ini berasal dari Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) dan diolah duniaindustri.com. (*)

12) Data Outlook Pasar Minyak Nabati China ini menampilkan impor soybean China terus meningkat dari 10.000 ribu ton pada 1996 menjadi 65.000 ribu ton pada 2013/2014. China mulai defisit soybean sejak 2003 karena produksi domestiknya tidak mencukupi kebutuhan. Impor soybean China terus meningkat seperti kereta yang sulit berhenti. Juga ditampilkan komposisi impor soybean China yang dilakukan BUMN, swasta, dan perusahaan multinasional. Selain itu, dipaparkan impor palm oil China dari sejumlah negara, terutama Indonesia. Impor China untuk komoditas olein, stearin, dan PKO asal Indonesia masing-masing sebesar 63%, 47%, dan 30%. Juga ditunjukkan tren impor bulanan China untuk komoditas olein periode 2008-2013. Jumlah impor palm oil China pada 2011/2012 mencapai 5.859 ribu ton, naik menjadi 6.589 ribu ton pada 2012/2013, dan diprediksi naik lagi menjadi 6.600 ribu ton pada 2013/2014. Data sebanyak 25 halaman ini berasal dari makalah Jeffery (Jianfei) XU, Dongling Grain & Oil Co Ltd dan diolah duniaindustri.com. (*)

13) Data Perubahan Iklim Terkait Sektor Perkebunan di Indonesia ini menampilkan teori perubahan iklim (climate change) termasuk peningkatan emisi karbon di Indonesia, yang salah satunya disebabkan deforestasi sekitar 13 juta hektare per tahun. Meski demikian, sektor perkebunan di Indonesia mampu menghasilkan biodiesel sebagai salah satu alternatif bahan bakar yang dapat diperbaharui. Data sebanyak 56 halaman ini berasal dari makalah Dr. Edvin Aldrian APU, Director of the Center for Climate Change and Air Quality Meteorology Climatology and Geophysics Agency (BMKG) IPCC Working Group 1 AR 5 Lead Author dan diolah duniaindustri.com. (*)

14) Data Strategi Pengembangan Sawit dan Batubara di Indonesia ini menampilkan strategi pengembangan dua komoditas utama Indonesia, yakni kelapa sawit dan batubara, dikaitkan dengan Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). Di antaranya ditampilkan tulang punggung pengembangan industri minyak sawit mentah (CPO) di empat daerah, yakni Sei Mangkei, Dumai, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Timur. Pengembangan industri hilir CPO di Sei Mankei karena PT Unilever Indonesia dan Ferrostaal telah berinvestasi US$ 1 miliar. Sedangkan pengembangan industri batubara diarahkan ke Sumatera Selatan yang menyimpan 39% dari cadangan batubara nasional, sekitar 18,13 miliar ton. Selain itu, ditampilkan 56 proyek MP3EI senilai US$ 29 miliar yang diperinci per proyek, skema pendanaan, dan kaitannya dengan program pemerintah. Data yang terdiri atas 21 halaman microsoft powerpoint ini dibuat oleh Komite Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (KP3EI) dan diolah duniaindustri.com. (*)

15) Data Tren Harga dan Produksi Minyak Nabati Utama ini menampilkan tren harga dari minyak nabati utama (sawit, soybean, dan lainnya) periode 2008-2013. Selain itu ditampilkan data tujuan ekspor CPO Indonesia ke dunia, antara lain India 47%, Malaysia 14%, dan lainnya. Juga dibahas kendala dan tantangan industri CPO di Indonesia serta perbandingan dengan soybean, meliputi impor soybean Indonesia, harga soybean, produksi soybean dunia. Data yang terdiri atas 20 halaman microsoft powerpoint ini dibuat oleh lembaga riset, dan praktisi pertanian. (*)

16) Data Keseimbangan Pasokan-Kebutuhan Sawit dan Dampaknya ke Harga ini menampilkan perbandingan produksi dan ekspor CPO di Indonesia 2008-2018. Selain itu, outlook produksi minyak mentah Indonesia 2009-2020 yang menampilkan potensi penurunan produksi, sementara kebutuhan naik 4%-5% per tahun. Di 2020, impor minyak mentah Indonesia bisa mencapai 1 juta barel per hari. Karena itu, Indonesia harus mendiversifikasi produksi energi. Bagaimana caranya? Produksi biodiesel mesti ditambah. Juga ditampilkan data skenario pengubahan minyak mentah ke biodiesel. Data ini juga menggambarkan skenario untuk memproduksi 100 ribu barel minyak mentah diperlukan 5,25 juta ton CPO per tahun atau 5,8 juta kiloliter biodiesel dari 1 juta hektare lahan dan 1,57 juta pekerja. Data yang terdiri atas 18 halaman microsoft powerpoint ini dibuat oleh pelaku usaha dan produsen biodiesel dan diolah duniaindustri.com. (*)

17) Data Komprehensif Industri Biofuels dan Produk Hilir CPO ini menampilkan perbandingan populasi, PDB per kapita, konsumsi minyak, di Indonesia, AS, China, Eropa, dan Rusia. Selain itu, dijabarkan 100 produk turunan CPO serta kapasitas produksi pengolahan, fractionation, dan modifikasi produk turunan CPO sejak 2011-2013. Ditampilkan juga kapasitas produksi oleokimia (fatty alcohol dan fatty acid) periode 2004-201, kapasitas produksi biodiesel 2006-2013, proyeksi investasi hingga US$ 2,7 miliar, regulasi mandatori biodiesel. Ekspor CPO juga ditampilkan secara mendetail, dari mulai ekspor CPO, ekspor biodiesel, serta komparasinya dengan kebutuhan domestik periode 2009-2013. Data yang terdiri atas 20 halaman ini dibuat oleh Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (Aprobi) dan diolah duniaindustri.com. (*)

18) Data Peranan Industri Sawit sebagai Penghasil Devisa Ekspor ini menampilkan peranan industri minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) dalam struktur ekspor nasional, seiring terjadinya defisit neraca perdagangan yang melemahkan rupiah terhadap dolar AS. Data yang berisi 9 halaman ini dilengkapi tabel dan grafis perkembangan nilai ekspor dan volume ekspor CPO serta produk turunannya dalam sepuluh tahun terakhir. Data ini berasal dari Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), BPS, dan Bank Indonesia. (*)

19) Data Volume dan Nilai Ekspor CPO, Tarif Bea Keluar, HPE ini berisi tren volume dan nilai ekspor CPO dan produk turunannya, tarif bea keluar, harga patokan ekspor, harga Rotterdam per bulan selama dua tahun terakhir. (*)

Sumber: di sini

* Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 157 database, klik di sini
** Butuh competitor intelligence, klik di sini
*** Butuh copywriter specialist, klik di sini
**** Butuh content provider, klik di sini
***** Butuh jasa medsos campaign, klik di sini


Database Riset Data Spesifik Lainnya:

1 komentar: