Rabu, 10 Februari 2016

Tidak Terasa, Divestama Sudah Memasuki Tahap III

Dimulai dari ide membangun private fund, tidak terasa Divestama sudah memasuki tahap III. Sedikit demi sedikit, meski penuh dengan tantangan, Divestama terus beroperasi dan bergerak maju.

Pada tahap III, pengembangan akan diarahkan pada penambahan aset (kapasitas), mempercepat perputaran (turn over), dan manajemen lebih solid. Berikut beberapa tahapan dalam Divestama:

Divestama III dibuka hanya 7 hari (11-18 Februari 2016). Dalam Divestama III, pengembangan diarahkan kepada peningkatan aset (kapasitas), percepatan perputaran (speed), dan komunikasi yang lebih intens. Silakan hubungi kami untuk bergabung dalam Divestama III.

Divestama II (periode 25 Desember 2015-10 Februari 2016) telah berakhir. Seluruh partner melanjutkan kepercayaannya kepada Divestama III. Terima kasih atas kepercayaan Anda kepada Divestama.

Divestama II (periode 25 Desember 2015-10 Februari 2016) mulai berjalan dengan 5 partner. Sebanyak 2 partner dari Divestama I melanjutkan ke Divestama II. Terima kasih atas kepercayaan Anda kepada Divestama.

It’s small, but it’s working. it’s unique, but it’s reliable. Divestama 1 (periode 25 September – 12 Desember 2015) landed safely. Alhamdulillah. There are only two partner in Divestama Private Fund 1.

Divestama merupakan private fund (skema investasi private to private/P-to-P) yang berlandaskan (underlying) sektor riil di Indonesia yang memberikan keuntungan tercepat dan tertinggi.
Divestama bukanlah investasi bodong, spekulasi, multilevel marketing (MLM), dan bukan sarana menghimpun dana secara massal. Private fund ini dibentuk dan didesain secara eksklusif, terbatas, khusus, dengan periode tertentu untuk menggerakkan mata rantai industri yang memberikan keuntungan tercepat dan tertinggi.

Kami menyadari, dalam kerjasama investasi, tentu investor sangat mengutamakan kepercayaan, keamanan, dan kesinambungan. Karena itu, Divestama ditopang oleh manajemen yang efisien dan efektif, aset dasar yang likuid, dan perputaran yang cepat untuk menghindari missmanagement.
Divestama akan menjaga rasio modal dasar dengan dana investor 4:1 sehingga memudahkan untuk mempertahankan cash flow ke depan. Divestama merupakan pionir penyatuan sektor riil di Indonesia dengan skema investasi langsung.

Untuk membangun kepercayaan, Divestama turut didukung sejumlah aset dalam sektor riil yang bernilai melebihi dari dana yang dikumpulkan dari investor ritel (perbandingan 20:1). Divestama akan menekankan pada produktivitas aset yang tinggi serta perputaran cepat untuk memberikan keuntungan tertinggi bagi investor.

Sebagai perbandingan, rata-rata keuntungan (bagi hasil) dari Divestama sekitar 10% dalam 45 hari. Dalam periode investasi tersebut, dana investor akan diputar dalam sektor riil sehingga menghasilkan keuntungan yang tinggi dan cepat. Setelah periode investasi tersebut selesai (45 hari), dana investor akan dikembalikan beserta bagi hasil sebesar 10%.


Mengapa harus joint dengan Divestama?
1. Kecepatan
Kami memberikan keuntungan (bagi hasil) dan pengembalian modal awal tercepat. Dengan merebaknya tren digital serta internet, kecepatan merupakan pondasi awal bagi sebuah sistem baru. Untuk itulah sistem investasi Divestama hadir untuk menjawab tantangan tersebut. So, we like super fast speed.
2. Pengelola Andal/Menguasai Industri
Divestama sudah terintegrasi dengan mata rantai industri yang lengkap, sehingga alur distribusi modal dapat transparan dan hasil memuaskan.
3. Minim Risiko
Risiko dalam setiap usaha tentu ada. Bagaimana strategi meminimalkannya, itu yang menjadi tanggung jawab kami. Dengan rasio modal dasar vs cumulative funds 4:1, Divestama berupaya mempertahankan cash flow yang solid untuk mendukung profitabilitas.
4. Bagi Hasil Tinggi
Sampailah kita pada tahap keempat, saat buah telah matang dan siap dinikmati. Secara singkat, Divestama ingin memberikan keuntungan (bagi hasil) 10% dalam 45 hari dan modal Anda kembali. Tunggu apalagi.(*)

Sumber: di sini

Kamis, 04 Februari 2016

Mengapa di Sektor Industri Banyak Terjadi PHK?

Kelesuan ekonomi di Indonesia telah dialami bersama. Data terbaru menurut Badan Pusat Statistik, perekonomian Indonesia hanya tumbuh 4,79% sepanjang 2015, atau melemah dibanding realisasi 2014 sebesar 5%. Kejutan terjadi justru di kuartal IV 2015, perekonomian Indonesia masih menurut BPS tumbuh 5,04%. Itu berarti sebenarnya mulai terjadi rebound (pembalikan arah) dari perlambatan ke pertumbuhan. Tapi mengapa di sektor industri justru banyak bertebaran kabar pemutusan hubungan kerja (PHK)?

Sejumlah brand besar seperti Toshiba, Panasonic, Ford, Chevron, hingga United Tractors terpaksa harus mengurangi jumlah pekerja secara signifikan. Apakah itu isyarat daya saing Indonesia di mata brand-brand dunia tersebut mulai pudar, atau ada sebab lain? Bagaimana di kuartal I 2016?

Gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) masih menghantui Indonesia sepanjang kuartal I-2016. Kondisi PHK massal atau dikenal dengan istilah layoff ini dimulai sejak semester I 2015 yang berawal dari industri tekstil (tekstil hulu dan garmen), sepatu, rokok hingga ke ritel, semen dan pertambangan batubara, kemudian menjalar pada kuartal I 2016 ke industri elektronik, otomotif, alat berat, serta minyak dan gas (migas).

Kelesuan ekonomi nasional yang diperparah dengan kejatuhan harga komoditas serta fluktuasi kurs menekan daya beli konsumen, sehingga terjadi penurunan permintaan dan kondisi overstock. Akumulasi kondisi tersebut membuat beban operasional dan produksi melampaui pendapatan sehingga pelaku industri terpaksa melakukan efisiensi yang salah satunya berupa pengurangan tenaga kerja.

Menurut Ketua Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Said Iqbal, perusahaan elektronik dan sektor industri lainnya akan melakukan PHK secara bertahap hingga Maret 2016. “Sejak Januari hingga Maret kita melihat dari Panasonic dan Toshiba itu ada 2.145 orang yang akan di-PHK, Shamoin 1.166 orang, dan Starlink 452 orang. Perusahaan perminyakan lebih besar lagi, yang sudah melapor ke kami saja hampir 5.000 orang yang akan terkena PHK,” ujar Iqbal.

Dia melanjutkan, hingga Maret 2016 diperkirakan masih akan terdapat beberapa perusahaan yang melakukan PHK. Bahkan, berdasarkan data dari KSPI, terdapat 13 perusahaan yang akan melakukan PHK hingga Maret 2016, yaitu Panasonic, Toshiba, Shamoin, Starlink, Jaba Garmindo, Yamaha, Astra Honda Motor, Hino, Astra Komponen, AWP, Aishin, Musashi, dan Sunstar.

“Kami perkirakan lebih dari 10 ribu dari Januari sampai Maret 2016. Apabila ini dibiarkan maka jumlahnya akan sama dengan total PHK tahun lalu yang mencapai 50 ribu pekerja di-PHK,” paparnya.

Pada akhir 2015, Redma Gita Wirawasta, Sekretaris Jenderal Asosiasi Produsen Syntethic Fiber Indonesia (Apsyfi), menjelaskan pelemahan ekonomi serta membanjirnya produk impor telah mempengaruhi kinerja penjualan industri hulu tekstil yang memproduksi serat sintetis, benang, dan kain. Menurut dia, akibat penurunan penjualan, produsen tekstil hulu telah menurunkan utilisasi hingga 30%. Dengan kondisi tersebut, sekitar delapan perusahaan tekstil hulu terpaksa me-layoff sekitar 1.000 pekerja. “Sekitar 400 pekerja di-PHK dan 600 lainnya dirumahkan,” katanya.

Pada awal Februari 2015, kabar kurang sedap muncul dan mengguncang industri elektronik nasional. Dua perusahaan raksasa elektronik asal Jepang, yakni Toshiba dan Panasonic, menutup pabriknya di Indonesia awal tahun ini, sehingga menimbulkan pemutusan hubungan kerja (PHK) sekitar 2.500 karyawan.

Salah satu eksekutif Toshiba Consumer Products yang tidak mau disebutkan namanya mengatakan, total karyawan perusahaan memang sebanyak 900 orang. Namun, akhir Maret nanti hanya akan ada PHK terhadap sekitar 360 orang. “Total buruh Toshiba sekarang 900 orang, yang di-PHK akhir Maret nanti 360-an saja,” ujarnya saat dihubungi wartawan di Jakarta.

Pihak Toshiba juga menjelaskan PHK dilakukan bukan karena pabrik mau ditutup tapi akan diambil alih oleh perusahaan asal China. Selain itu, produksi TV tahun lalu diakui turun menjadi 30.000 unit dari total kapasitas 350.000 unit setahun.

PT United Tractors Tbk (UNTR), emiten alat berat dan tambang batubara yang juga menjadi anak usaha PT Astra Internasional Tbk (ASII), menyiapkan sejumlah opsi untuk memangkas jumlah tenaga kerja. Strategi itu dilakukan seiring anjloknya harga komoditas dunia, teritama batubara, yang memberikan dampak signifikan terhadap kinerja keuangan perseroan.

Dalam siaran persnya di Jakarta, Direktur United Tractors Iwan Hadiantoro menerangkan untuk penyesuaian tenaga kerja perseroan memiliki beberapa pilihan seperti, pengaturan waktu kerja, lalu tidak memperpanjang kontrak yang telah habis masa kontraknya. “Kami juga ada program pengunduran diri secara sukarela atau voluntary resignation,” ujarnya.



Menurut Iwan, program pengunduran diri secara sukarela yang diberikan perseroan ini telah berakhir dan ditutup pada akhir tahun 2015 lalu. Namun demikian, rencana perseroan dan grup perusahaan tersebut tidak akan mempengaruhi kelangsungan usaha. Soal opsi pengunduran diri secara sukarela untuk efisiensi, United Tractors dikabarkan harus merumahkan sekitar 1.500 dari 23.000 karyawan di sektor pertambangan.

Kondisi serupa dialami sektor industri migas nasional. PT Chevron Indonesia, perusahaan migas asing, dikabarkan melakukan efisiensi salah satunya dengan pemutusan hubungan kerja pada karyawannya. Sebanyak 1.500 karyawan dikabarkan bakal kena PHK.

Vice President Policy Government and Public Affairs Chevron Pacific Indonesia,‎ Yanto Sianipar membenarkan perusahaannya sedang melakukan efisiensi. Namun dirinya enggan menyebut langkah yang dilakukan ini merupakan pemutusan hubungan kerja. “Sebenarnya lebih bagus disebut efisiensi,” kata Yanto.(*)

Sumber: di sini

Senin, 01 Februari 2016

Data Industri Minimarket, Supermarket, Hypermarket di Indonesia

Data Industri Minimarket, Supermarket, Hypermarket di Indonesia ini menampilkan persaingan, ekspansi, dan pertumbuhan industri ritel modern di Indonesia yang mencakup minimarket, supermarket, convenience store, hypermarket, dan modern trade di Indonesia sejak 2012-2015.

Indonesia dengan penduduk sebesar 252 juta jiwa, 50% di antaranya merupakan usia produktif, merupakan pasar yang paling potensial di Asia Tenggara. PDB per kapita Indonesia US$ 3.500 melampaui negara pesaing di Asean seperti Filipina dan Vietnam. Jumlah rumah tangga di Indonesia dengan anggaran belanja tahunan berkisar US$ 5.000-US$ 15.000 diperkirakan meluas dari 36% pada saat ini menjadi 58% pada 2020. Lebih dari 60 juta penduduk berpenghasilan rendah diproyeksikan bergabung dengan kelas menengah di dekade mendatang, dan mendorong permintaan konsumen semakin kuat. Total pasar industri consumer goods di Indonesia pada 2030 diperkirakan US$ 810 miliar.



Tidak heran, belanja konsumen di Indonesia tumbuh rata-rata per tahun sekitar 11,8% periode 2012-2015. Pada 2015, belanja konsumen untuk makanan diperkirakan Rp 1.930 triliun, sementara produk di luar makanan sebesar Rp 4.369 triliun.

Industri ritel modern (modern trade) untuk kategori fast moving consumer goods (FMCG) di Indonesia tumbuh rata-rata 10,8% pada 2015, dengan pertumbuhan tertinggi terjadi di segmen minimarket sebesar 11% dan super/hypermarket sebesar 10,6%. Penjualan toko modern per kapita di Indonesia diperkirakan mencapai US$ 60 dengan komposisi 56% di minimarket dan 44% di super/hypermarket. Market size (ukuran pasar) industri minimarket di Indonesia sekitar Rp 73 triliun dengan pertumbuhan rata-rata tahunan 13,5% periode 2012-2015.

Pada 2015, pertumbuhan penjualan tertinggi di industri ritel modern dialami segmen personal care sebesar 12,7%, sementara penjualan terendah adalah produk farmasi sebesar 1,8%.

Juga ditampilkan persaingan ketat di segmen minimarket, conveniece store, dan super/hypermarket. Alfamart yang diusung PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) bersaing ketat dengan PT Indomarco (Indomaret) dan 7-Eleven besutan PT Modern Internasional Tbk (MDRN). Sementara di segmen super/hypermarket, Hero bersaing ketat dengan Hypermart yang diusung PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA).

Selain itu, ditampilkan pertumbuhan kenaikan gerai masing-masing perusahaan dari mulai Alfamart, Indomart, 7-eleven, Hero (Giant), dan Hypermart (MPPA Retail Group). Tidak lupa ditampilkan strategi ekspansi, tren pendapatan dan laba, serta rasio keuangan masing-masing peritel.

Data sebanyak 27 halaman ini berasal dari berbagai sumber antara lain regulator di Indonesia, BPS, masing-masing perusahaan, serta asosiasi industri, diolah duniaindustri.com. Download database industri merupakan fitur terbaru di duniaindustri.com yang menampilkan puluhan data pilihan sesuai kebutuhan users. Seluruh data disajikan dalam bentuk pdf sehingga mudah didownload setelah users melakukan proses sesuai prosedur, yakni klik beli (purchase), klik checkout, dan isi form.

Duniaindustri.com mengutamakan keabsahan dan validitas sumber data yang disajikan. Terima kasih atas kepercayaan Anda kepada duniaindustri.com.(*)

Sumber: di sini

Senin, 25 Januari 2016

Data dan Outlook Industri Semen 2003-2019

Data dan Outlook Industri Semen 2003-2019 ini menampilkan data dan outlook secara komprehensif terkait seluruh informasi mengenai industri semen di Indonesia, mulai dari tren pertumbuhan pasar semen di Indonesia, pangsa pasar, kompetisi pasar, pemain baru dan ekspansi pemain existing, segmentasi pasar, harga jual rata-rata semen, pasar semen Asean (supply-demand), hingga pemimpin pasar, para pemain terbesar, strategi ekspansi ke depan, serta keuangan para pemain rokok di negeri ini.

Data ini dimulai dari informasi umum terkait perkembangan Indonesia, mulai dari proyeksi pertumbuhan ekonomi periode 2014-2019, jumlah penduduk, segmentasi penduduk, dan peluang pasar di Indonesia (halaman 2). Selanjutnya, ditampilkan tren pertumbuhan infrastruktur sebagai salah satu penyerap semen terbesar, mulai dari anggaran belanja infrastruktur 2015-2019 (halaman 3). Juga, pertumbuhan infrastruktur jalan (roads) dan pelabuhan (ports) di Indonesia dibanding negara-negara Asean serta China, Taiwan, Jepang, dan Korea (halaman 4). Indonesia masih dikategorikan kurang belanja infrastruktur (underspending on infrastucture development). Meski anggaran infrastruktur Indonesia meningkat hingga di atas 2% dari PDB dari 1,7% pada 2011, dana tersebut masih relatif rendah dibanding kompetitor dengan rata-rata 4,1%. Selain itu ditampilkan proyek-proyek infrastruktur yang sedang dilakukan pemerintah hingga 2019 (halaman 5).



Di halaman 6, secara khusus ditampilkan tren kapasitas terpasang, kapasitas produksi, pertumbuhan pasar industri semen sejak 2014-2019. Semen kantong mendominasi pasar pengguna semen dengan komposisi 90% untuk perumahan dan 10% semen untuk industri, sedangkan semen curah mendominasi 23,3% di antaranya beton jadi (infrasrtruktur) 60%, beton pracetak, semen fiber, dan paving 35%, mortar dan render 5%. Ikut ditampilkan perbandingan konsumsi semen domestik, pertumbuhan konsumsi, serta kapasitas domestik semen periode 2003-2015 di halaman 8.

Di halaman 9, ditampilkan pertumbuhan konsumsi semen per kapita yang tumbuh dari 172 kilogram per kapita pada 2010 menjadi 238 per kapita pada 2015. Di halaman 10, dijabarkan rasio konsumsi semen dan pertumbuhannya terhadap laju ekonomi nasional periode 2002-2015. Di halaman 11, ditampilkan rasio konsumsi semen kantong dan semen curah periode 1997-2015.

Selanjutnya, pada halaman 12 ditampilkan pangsa pasar produsen semen per daerah. Di halaman 13, pangsa pasar tersebut dijabarkan secara lebih detail per daerah dan per pulau di Indonesia.
Kemudian di halaman 14, ditampilkan kapasitas semen beserta lokasi pabrik masing-masing produsen. Pada 2015, kapasitas semen domestik mencapai 80,4 juta ton, dan diperkirakan naik menjadi 89,7 juta ton pada 2016 dengan tambahan pabrik dari Semen Merah Putih, Anhui Conch, Siam Cement, dan Semen Pan Asia. Penambahan kapasitas produksi dari pemain baru dijelaskan lebih detail pada halaman 15 dengan total penambahan 9 pemain baru dan 6 ekapnsi dari pemain existing. Dengan adanya penambahan kapasitas pabrik baru, kompetisi pasar semen lokal makin ketat seperti ditampilkan pada halaman 16. Tidak heran jika produsen semen lokal mulai melirik pasar semen di ASEAN yang ikut dijelaskan pada halaman 17.



Pada halaman 18 mulai ditampilkan data market leader industri semen nasional, mulai dari sejarah berdiri, kapasitas produksi, komposisi pemegang saham, anak usaha, lokasi pabrik semen (cement mill, kiln, packing plant), strategi ekspansi ke depan, volume penjualan dan kinerja keuangan. Juga ikut ditampilkan struktur beban produksi (beban pabrikasi) produsen semen serta harga jual rata-rata semen.

Data sebanyak 48 halaman ini berasal dari BPS, Kementerian Perindustrian, Asosiasi Semen Indonesia (ASI), sejumlah perusahaan semen di Indonesia, dan diolah duniaindustri.com.
Download database industri merupakan fitur terbaru di duniaindustri.com yang menampilkan puluhan data pilihan sesuai kebutuhan users. Seluruh data disajikan dalam bentuk pdf sehingga mudah didownload setelah users melakukan proses sesuai prosedur, yakni klik beli (purchase), klik checkout, dan isi form. Duniaindustri.com mengutamakan keabsahan dan validitas sumber data yang disajikan. Terima kasih atas kepercayaan Anda kepada duniaindustri.com.(*)

Sumber: di sini

Senin, 18 Januari 2016

Teror Bom, Terorisme, dan Pengaruh Investasi

Awal 2016, tepatnya Kamis (14/1), Indonesia khususnya Jakarta dihebohkan dengan serangan terorisme. Aksi bom bunuh diri dan teror baku tembang sontak menyerap perhatian publik. Entah apakah itu benar adanya terkait pengalihan isu politik atau konser teror global, Indonesia patut berduka. Bukan hanya karena jatuhnya korban jiwa, tapi lebih pada sentimen negatif yang berkembang.

Meski demikian, Indonesia tidak jatuh dan terpuruk, melainkan bangkit. Pengaruh teror bom dan teror baku tembak yang terjadi Kamis (14/1) di Sarinah, Jakarta Pusat, diperkirakan hanya sesaat dan temporer. Menilik pada kejadian yang sama yakni teror bom di Ritz Carlton pada Juli 2009, pelemahan IHSG hanya berlangsung sesaat dan tidak signifikan.

Berdasarkan data penelusuran duniaindustri.com, saat terjadi bom Ritz Carlton pada Minggu, 19 Juli 2009, keesokan harinya IHSG turun sekitar 0,55%. Hal ini menunjukkan bahwa setelah beberapa kali Indonesia menghadapi teror bom, pengaruhnya terhadap bursa saham relatif kecil dan sesaat. Pasalnya, efek teror bom terhadap perekonomian Indonesia juga relatif kecil dan tidak signifikan, kecuali untuk sektor pariwisata dan perhotelan.

Teror bom dan baku tembak lebih menyebabkan sentimen negatif dan citra buruk terhadap iklim investasi di Indonesia. Duniaindustri.com menilai di sinilah peran pemerintah untuk meng-counter efek lanjutan dari teror bom dengan meningkatkan kewaspadaan terhadap keamanan serta menjaga hubungan baik dengan investor asing, meskipun ada sejumlah korban merupakan warga negara asing.

Pada Kamis (14/1), pukul 10.20 WIB terjadi teror bom (granat) dan teror baku tembak di Sarinah, Jakarta Pusat. Peristiwa bom itu diduga dilakukan teroris bom bunuh diri.



Menurut saksi mata, terjadi sedikitnya tiga ledakan bom berkekuatan sedang di lokasi kejadian. “Awalnya bom bunuh diri di depan pos lalu lintas Sarinah. Saya lihat dari ruangan saya ada dua korban meninggal termasuk polisi luka,” kata seorang saksi mata, Sanny, yang berkantor di sana.

“Ada ledakan besar di Burger King dan lalu ada seorang yang menembak-nembak. Mirip di Prancis. Korbannya banyak,” paparnya.

Ledakan pertama tersebut terjadi sekitar pukul 10.20 WIB. Ledakan kedua dan ketiga terjadi dalam waktu 15 menit kemudian.

Ledakan pertama terjadi di pos polisi di tengah jalan Sudirman, di seberang Sarinah, kemudian terjadi tembak-tembakan antara polisi dan beberapa orang yang diduga pelaku.

Ketika terjadi baku tembak yang terjadi hingga di seputaran Jalan Sabang, beberapa ledakan kembali terjadi. Setidaknya ada 3 jenazah yang tergeletak di samping pos polisi tempat ledakan.

Menurut saksi mata lainnya yang juga pengendara ojek online, dirinya melihat pelaku peledakan melemparkan tas ransel ke arah mobil Toyota Fortuner milik polisi di pos polisi dekat Starbucks, Gedung Sarinah, Jakarta Pusat. Ransel itu kemudian meledak dan merusak pos polisi tersebut.

Bursa Saham Anjlok
Seiring dengan terjadinya ledakan bom dan teror baku tembak, bursa saham Indonesia (IHSG) ditutup anjlok -77 poin (1,7%) ke level 4.459 poin pada penutupan perdagangan intraday pukul 12.00 WIB. Indeks saham-saham unggulan LQ45 anjlok lebih dalam -2,24% ke level 775 poin, sementara indeks IDX 30 melemah -2,25% ke level 405 poin.

Investor asing melakukan aksi jual sebesar Rp 1,1 triliun dan aksi beli Rp 901 miliar, sehingga nett sell sebesar Rp 200 miliar.

Hampir seluruh sektor industri tercatat turun dipimpin industri aneka sebesar -3% dan industri dasar yang anjlok -2,9%.



Dalam outlook 2016, UBS melihat penurunan lebih dalam dari ekuitas ASEAN. Secara khusus, UBS memperkirakan terjadinya penurunan lebih lanjut dari laba perusahaan-perusahaan (emiten) di ASEAN. Di samping itu, UBS juga memperingatkan bahwa pasar saham ASEAN bisa kehilangan valuasi premium.

“Perkiraan konsensus saat ini tidak konsisten dengan prospek makroekonomi UBS untuk 2016 dan 2017, dengan pengecualian Indonesia,” kata analis UBS Ian Gisbourne dan tim, seperti dikutip dari Barrons.com. Misalnya, UBS mengestimasi PDB nominal Filipina tumbuh sebesar 9% pada 2016, namun bagaimana laba korporasi di sana dapat tumbuh sebesar 16%? Thailand adalah contoh lain. UBS melihat ekonomi Thailand tumbuh hanya 5% tahun depan, sementara laba korporasi di negara itu diperkirakan tumbuh hingga 15%.

Perkiraan konsensus masih terlalu tinggi, terutama terkait proyeksi pertumbuhan laba perusahaan yang berkisar 8% sampai 16%, dengan Singapura pada tataran terendah dan Filipina pada tataran paling tinggi.

Kedua, dalam kondisi kemerosotan tahun ini, pasar saham ASEAN tidak murah. Filipina, misalnya, diperdagangkan dengan rasio harga saham per laba ke depan 17 kali, jauh di atas MSCI Asia ex-Jepang 10,9 kali. Pasar saham Malaysia diperdagangkan dengan rasio 14,9 kali laba; pasar saham Indonesia diperdagangkan dengan rasio 13,7 kali; dan Thailand 12,6 kali.(*)

Sources: click here

Rabu, 09 Desember 2015

Mengubah Kata "Impossible" Jadi "Profit"

Tidak mudah menjadi entrepreneur. Mungkin slogan itu sering kita dengar, baik dalam pembicaraan sehari-hari ataupun dari referensi lain.

Memang benar adanya, meskipun ada beberapa pengecualian. Tapi secara umum, perjalanan untuk menjadi entrepeneur yang sukses itu panjang dan berliku. Ibarat Thomas Alfa Edison yang butuh 900 kali kegagalan untuk meraih satu kesuksesan. Hanya 1 berbanding 900 kali percobaan.



Bisa dibayangkan ketekunan macam apa yang mampu mengantarkan Edison berhasil. Ataukah strategi apa yang dipakai hingga dia berhasil di percobaan ke-901?

Secara karakter, ada kemiripan antara percobaan Edison dengan sifat entrepreneur. Trial and error. Percobaan demi percobaan. Bahkan, entreprenur jauh lebih sadis: mengecilkan kegagalan dan memperbesar peluang keberhasilan.

Bagi entrepreneur, berdasarkan sumber sejumlah referensi, ruang untuk percobaan yang gagal itu demikian sempit sehingga pensil pun tidak akan masuk dalam lubang tersebut.

Kata-kata tantangan, rintangan, hambatan, keterbatasan, kekurangan menjadi makanan sehari-hari yang harus dihadapi dan dipecahkan. Dalam kondisi tersebut, masih ada satu kata yang harus dicapai, yakni pertumbuhan.

It's feels like impossible. Dalam kondisi serba kekurangan, bagaimana kita bisa mengejar pertumbuhan. Mana mungkin?

Dalam tataran konsep mungkin bisa, tapi bagaimana realitasnya? Apakah sama?

Di sinilah keunikan entrepeneur. Seperti karet, dia elastis dan fleksibel untuk mencari jalan untuk mencapai tujuan. Find another angle. Temukan strategi lain, jalan lain, taktik lain. Karena, dalam kesulitan pasti ada kemudahan. Dan dalam pertumbuhan, pasti ada profit.(*)

Senin, 07 Desember 2015

Memahami Bisnis Digital Lebih Awal

Boleh jadi tahun 2015 yang sebentar lagi kita tinggalkan adalah tahun digital. Mengapa begitu? Di tengah perlambatan ekonomi Indonesia, depresiasi rupiah, kejatuhan harga komoditas, bisnis digital justru makin mengkilap.

Berbagai brand digital seperti Gojek, Tokopedia, Bukalapak, dan lainnya justru makin bersinar ketika bisnis di industri lain mengalami penurunan. Apakah ini sekedar siklus atau justru telah membentuk tren tersendiri?



Dari berbagai referensi barulah diketahui ini sudah membentuk tren global. Google, Facebook, Whatsapp, Twitter telah memulai tren ini dan meroket dengan jumlah user hingga miliaran orang di seluruh penjuru dunia.

Menunggangi penetrasi smartphone, Google, Facebook, Whatsapp makin mengukuhkan diri di dunia. Secara umum, smartphone merupakan perangkat komputasi yang sudah jadi bagian hidup sehari-hari orang banyak. Hadapi kenyataan ini: smartphone anda lebih tahu siapa anda dibandingkan diri anda sendiri.

Saat ini smartphone adalah mesin tambang emas. Emas itu adalah data anda. Data ini tidak sekedar nama, gender, usia dan lokasi yang datanya anda masukkan ketika registrasi akun untuk mengakses Android (atau iPhone). Google tahu hobi dan perilaku anda dari aplikasi yang anda install dari Playstore. Mereka bisa secara presisi tahu lokasi anda dan tempat-tempat yang anda kunjungi lewat GPS untuk membaca minat anda.



Lewat email yang masuk ke smartphone, Google bisa tahu pekerjaan, relasi dan minat. Bahkan, bila anda sudah memakai Google Wallet yang bisa digunakan sebagai alat pembayaran ke mesin EDC dengan cara tapping, Google tahu berapa pengeluaran anda dan dimana anda berbelanja. Data2 ini masih ditambah dengan data yang mereka dapatkan ketika anda menggunakan perangkat komputasi lain, PC contohnya. Kebetulan browser paling banyak dipakai adalah Chrome yang disinkronkan dengan akun Google anda. Situs apa yang anda kunjungi, berapa lama anda bertahan di situs tersebut, aktivitas apa yang anda lakukan, Google tahu. Inilah tren yang merebak saat ini.(*)